LuckyDelapan News
Salah satu koleksi berharga adalah giok berbentuk sawi.
MINGGU, 20 NOVEMBER 2011, 03:06 WIB
Elin Yunita Kristanti
VIVAnews - Di luar kota Taipei, berdiri sebuah bangunan yang menyerupai Kota Terlarang (Forbidden City). Ia diresmikan pada 12 November 1965, tepat seratus tahun peringatan kelahiran tokoh revolusi China, Sun Yat-sen.
Bangunan itu adalah Museum Nasional Taiwan (National Palace Museum), rumah bagi ribuan harta peninggalan 8.000 tahun sejarah China dari masa neolitikum hingga kekaisaran yang tak ternilai harganya: keramik, lukisan, kerajinan logam, porselen, giok, dan buku-buku langka. Kebanyakan adalah koleksi para kaisar.
Salah satu koleksinya paling terkenal adalah giok yang menyerupai sawi (Jadeite Cabbage) berwarna putih dan hijau. Dengan dua serangga hinggap di atasnya. Saat akhir pekan, di mana museum dipenuhi ribuan pengunjung termasuk dari China daratan, mereka ingin melihat langsung mahakarya ini harus rela antre setengah jam atau bahkan lebih.
Bangunan itu adalah Museum Nasional Taiwan (National Palace Museum), rumah bagi ribuan harta peninggalan 8.000 tahun sejarah China dari masa neolitikum hingga kekaisaran yang tak ternilai harganya: keramik, lukisan, kerajinan logam, porselen, giok, dan buku-buku langka. Kebanyakan adalah koleksi para kaisar.
Salah satu koleksinya paling terkenal adalah giok yang menyerupai sawi (Jadeite Cabbage) berwarna putih dan hijau. Dengan dua serangga hinggap di atasnya. Saat akhir pekan, di mana museum dipenuhi ribuan pengunjung termasuk dari China daratan, mereka ingin melihat langsung mahakarya ini harus rela antre setengah jam atau bahkan lebih.
Giok istimewa itu ditemukan di salah satu istana di Kota Terlarang, Yung-ho. Di tempat tinggal salah satu selir Kaisar Kuang-hsu (Dinasti Qing), bernama Jin. Konon itu adalah mahar dari keluarga selir Jin, sebagai simbol asal usulnya yang murni. Juga bentuk pengharapan agar ia bisa memiliki banyak anak.
"Tebak, berapa anak yang dimiliki selir tersebut?" kata Wendy, yang memandu rombongan 2011 Taiwan Study Camp for Future Leaders, Sabtu 19 November 2011. "Tidak satupun, ternyata giok itu tak ampuh sebagai jimat."
Pemiliknya, urai Wendy, konon tidak memiliki nasib baik. Sang kaisar lebih memilih saudarinya sebagai selir kesayangan. Bahkan diceritakan menemui takdir tragis, meninggal bunuh diri.
Koleksi lain yang tak kalah menarik perhatian adalah giok berwarna coklat yang menyerupai daging babi yang dimasak semur kecap.
Museum National Taiwan juga menyimpan replika masterpiece lukisan China, "Along the River During the Qingming Festival". "Yang disebut sebagai 'Monalisa-nya lukisan China," kata Wendy.
Ada 1.700 koleksi yaang dipamerkan setiap harinya. Itu belum semuanya. Secara keseluruhan ada lebih dari 650.000 artefak yang dimiliki di museum ini. Jika diasumsikan satu periode pamer memakan waktu tiga bulan, konon, bakal makan waktu 100 tahun untuk mengelilingi seluruh koleksinya.
Lalu, di mana sisa harta berada?
Ini sudah menjadi rahasia umum: ada di sebuah ruang rahasia. Di terowongan di bawah bukit di sekitar museum. Sengaja disimpan rapat untuk menyelamatkan harta berharga itu dari gejolak sejarah. Juga mengamankannya dari waktu. "Orang tak boleh masuk ke sana, kecuali untuk kepentingan penelitian," jelas Wendy. Siapapun juga tak diizinkan masuk sendirian.
Di sanalah, barisan-barisan kotak berisi harta diletakkan -- seperti laiknya harta karun. Jumlahnya lebih dari 650.000 buah. "Sejumlah koleksi akan dipamerkan bergantian."
Dibawa dari China Daratan
Kata "palace" dalam nama resmi museum, National Palace Museum,
bukan tanpa alasan. Sejatinya, museum harta koleksi kaisar didirikan 10 Oktober 1925 di kompleks Kota Terlarang, Beijing -- tak lama setelah kaisar terakhir China, Puyi digulingkan.
Saat Jepang masuk pada 1930-an, jenderal Chiang Kai-shek memerintahkan museum secepatnya memindahkan koleksinya yang berharga, agar tak jatuh ke tangan Jepang. lantas, pada 6 Februari 1933, sebanyak 13.491 kotak dipindahkan menggunakan dua keceta api. Ke sejumlah tempat di Shanghai, Ashun, Yibin.
Pasca pecah Perang Saudara, Chiang Kai-shek memutuskan untuk mengevakuasi harta tersebut ke Taiwan. "Butuh waktu 32 tahun untuk memindahkan harta-harta ini. Koleksi ini adalah yang salah satu kali terakhir dipindahkan, dengan cara digotong," kata Wendy sambil menunjuk pembatas ruangan dari kayu dan potongan lebar giok berwarna hijau cerah.
0 comments:
Post a Comment