Translate

Rahasia Atlantis Nusantara Mulai Terungkap: Ditemukan ‘Batu Bronjongan’ di “Piramida” Gunung Lalakon, di Bandung

LuckyDelapan News.


Ditemukan ‘Batu Bronjongan’ di : Piramida” Gunung Lalakon
Batu-batuan itu tersusun rapi membentuk sudut 30 derajat dengan garis horizontal.
Kamis, 17 Maret 2011, 16:44 WIB
Indra Darmawan
VIVAnews – Tim Turangga Seta yang melakukan penggalian di Gunung Lalakon, Soreang, Bandung, Jawa Barat, sejak Senin pekan ini berhasil menemukan beberapa batu boulder yang mereka duga batu penutup bangunan piramida.
Batu-batu boulder itu ditemukan di lubang penggalian dengan lebar sekitar 3 meter, panjang 5 meter, dan kedalaman hingga 4 meter, yang terletak di koordinat 6° 57,5′ Lintang Selatan, 107° 31,239′ Bujur Timur, serta ketinggian 986 meter di atas permukaan laut.
Batu-batu boulder tersebut panjangnya bervariasi, antara 1,1 meter hingga 2 meter, dengan besar yang kurang lebih sama, yakni selebar 30-40 sentimeter (cm) serta tersusun rapi dan teratur.
Menurut pendiri Turangga Seta, Agung Bimo Sutedjo, batu-batuan boulder itu membentuk sudut 30 derajat dengan garis horizontal dan mengarah ke titik pusat piramida. Setidaknya, tim menemukan 4 batu boulder di kedalaman 1,5 meter di bawah permukaan tanah dan 3,7 meter di bawah permukaan tanah.
Agung mengatakan, batu-batu boulder itu merupakan batu bronjongan yang sengaja diatur sedemikian rupa, agar tanah yang menutupi bangunan piramida tidak longsor. Ditemukannya batu-batu ‘bronjongan’ tersebut membuat beberapa tenaga penggali yang notabene warga sekitar Gunung Lalakon sempat tertegun.
“Kalau saya melihat tanah yang digali oleh beko (back hoe) di bukit sebelah, tanahnya tidak seperti ini. Ini tanahnya ada batu-batunya, seperti sengaja diuruk,” ujar Agus Yahya Budiana, warga Kampung Badaraksa yang berada di lokasi penggalian, kepada VIVAnews.com, Rabu 16 Maret 2011.
Namun, penggalian belum menemukan bangunan piramida yang diduga tertimbun di bawah batu-batu boulder yang ditemukan. “Dari petunjuk hasil uji geolistrik, semestinya batuan padat yang diduga bangunan piramida, masih berada sekitar 2 meter di bawah tanah dasar lubang penggalian,” kata Agung, kepada VIVAnews.com.
Gunung Lalakon merupakan salah satu dari beberapa bukit yang diduga oleh kelompok Turangga Seta menyimpan bangunan Piramida. Sebelumnya, Tim Turangga Seta telah melakukan pengujian dengan alat geolistrik bersama tim peneliti dan menemukan citra struktur batuan yang ‘tak alamiah’. (art)
• VIVAnews
Turangga Seta Menggali ‘Gunung Piramida’
Penggalian dilakukan di puncak Gunung Lalakon, 986 meter di atas permukaan laut.
Kamis, 17 Maret 2011, 15:57 WIB
Indra Darmawan
VIVAnews – Komunitas pecinta sejarah nusantara Turangga Seta melakukan penggalian di Gunung Lalakon, yang terletak di Soreang Bandung.
Penggalian ini merupakan salah satu upaya untuk menindaklanjuti hasil temuanuji geolistrik yang telah mereka lakukan sebelumnya, bersama tim peneliti.
“Kami telah melakukan penggalian sejak Senin pagi,” ujar Ayu Reditya Dewi, Anggota Tim Turangga Seta Jakarta kepada VIVAnews, di Gunung Lalakon Bandung Jawa Barat, Rabu petang 16 Maret 2011.
Belasan anggota tim Turangga Seta dibantu oleh belasan warga sekitar, melakukan penggalian di titik koordinat 6° 57,5′ Lintang Selatan, 107° 31,239′ Bujur Timur, dan ketinggian 986 meter di atas permukaan laut.
Penggalian yang dilakukan di Puncak Gunung Lalakon itu dilakukan sekitar 7 meter dari lokasi menara antena Base Transceiver Station yang berada di tanah milik PT Saguling.
“Kami sudah memperkirakan agar penggalian yang kami lakukan tak mempengaruhi struktur menara sehingga tidak mengganggu operasi dari antena tersebut,” ujar Dani Subrata, Kepala Tim Penggalian Turangga Seta, kepadaVIVAnews.
Upaya penggalian dilakukan oleh tim Turangga Seta sebagai bentuk kepedulian mereka karena pemerintah dirasa kurang responsif. Padahal sebelumnya, tim Turangga Seta pernah melaporkan kecurigaan mereka kepada pemerintah, dalam hal ini Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang berada dibawa Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Batu Tapak, Gunung Paseban, di dekat Gunung Lalakon Bandung
“Sebenarnya penggalian ini bukan tugas kami. Tapi kami ingin membuktikan bahwa sejak dulu sebenarnya leluhur kita telah memiliki kebudayaan yang sudah demikian tinggi,” ujar Agung Bimo Sutedjo, pendiri kelompok Turangga Seta.
Penggalian ini sendiri, menurut Dani, sudah sesuai dengan peraturan yang ada, yakni Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Pasal 26. “Setiap orang berhak melakukan pencarian cagar budaya atau yang diduga cagar budaya dengan melakukan penggalian atau pengangkatan di darat,” ujar Dani mengutip ayat 2 pasal itu.
Sementara persyaratan yang diatur pada ayat 4 undang-undang itu, yakni harus meminta izin pemerintah atau pemerintah daerah, sudah dilakukan dengan meminta izin kepada Lurah, RW dan RT setempat.
• VIVAnew
Sains & Teknologi
Dirjen Purbakala: Bukit Piramid Amat Menarik
“Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini tak alamiah.”
Selasa, 1 Maret 2011, 15:41 WIB
Indra Darmawan, Dedy Priatmojo

Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta) (Turangga Seta)
VIVAnews – Para peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional akan membahas penemuan beberapa bukit yang memiliki bentuk mirip dengan piramid di beberapa daerah di Indonesia.
Hal itu dikemukakan oleh Direktur Jendral Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Aurora Tambunan kepada VIVAnews, Selasa 1 Maret 2011.
“Bukit itu adalah temuan geologi dengan bentuk yang sangat menarik. Tindak lanjut penelitian akan dirapatkan oleh Puslit Arkenas,” ujar Aurora Tambunan, melalui pesan pendeknya kepada VIVAnews.
Namun, demikian, menurut Aurora yang lebih akrab dipanggil Lola, hingga kini belum ada bukti tinggalan arkeologi di tempat itu. “Maka saya tidak dapat menyebutnya sebagai cagar budaya,” Lola menjelaskan.
Temuan bukit yang mirip bentuk piramida hingga kini masih mengundang kontroversi di kalangan para peneliti. Pada Kamis pekan lalu, saat para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan pertemuan dengan Yayasan Turangga Seta, para arkeolog terkesan masih menunggu hasil penelitian resmi terlebih dahulu.
Sebab, saat itu kelompok Turangga Seta belum bisa mempublikasikan hasil uji geolistrik yang sempat mereka lakukan. Namun, VIVAnews sempat diperlihatkan hasil uji geolistrik yang dilakukan Turangga Seta bersama seorang pakar geologi ternama.
Hasil uji geolistrik itu menangkap keberadaan sebuah struktur batuan yang tak biasa yang mirip dengan bangunan piramid, di bawah permukaan bukit di Gunung Lalakon, Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung.
Di atas struktur bangunan mirip piramid itu, terdapat pola lapisan batuan tufa dan breksi yang berselang seling, dengan posisi melintang.
Ilustrasi Hasil Uji Geolistrik di Gunung Lalakon Bandung
“Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini tidak alamiah,” kata seorang pakar geologi terkenal yang turut dalam penelitian bersama tim Turangga Seta, pada sebuah rekaman video yang diabadikan.
Lebih lanjut, pakar geologi itu menunjuk sebuah bentukan di dalam strutur bangunan itu, yang mirip dengan lorong atau pintu. Ia memperkirakan struktur seperti itu kemungkinan besar adalah struktur buatan manusia.
Selain uji geolistrik di Gunung Lalakon itu, Pendiri Yayasan Turangga Seta, Agung Bimo Sutedjo, mengatakan bahwa mereka telah melakukan uji seismik di 18 titik.
Anggota Turangga Seta, Hery Trikoyo mengatakan bahwa hasil uji geolistrik di Gunung Sadahurip yang terletak di Desa Sukahurip Pengatikan Kabupaten Garut Jawa Barat, juga menunjukkan hasil yang sama.
Namun pada bukit itu tidak dijumpai adanya rongga seperti pintu, seperti halnya bukit di Bandung. “Mungkin karena kami hanya mengujinya di salah satu bagian lereng bukit saja,” katanya.

Video



Piramida peninggalan jaman prasejarah di Gunung Padang Cianjur ?


Cianjur, JM–Daerah Kecamatan Campaka, Cianjur disinyalir ditemukan sebuah bangunan Piramida peninggalan jaman prasejarah. Piramid yang berukuran empat kali lebih besar dari ukuran biasa, puncaknya saja, diperkirakan menjadi piramida yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.“Tentu ini adalah temuan sejarah masa lalu, piramid yang pernah ada dikira-kira seperti itu. Persis seperti di meksiko dan mesir. Disini juga ada,” ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan saat meninjau pameran Kebudayaan Sunda yang digelar di halaman kantor Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan, Jl. Ir. H. Juanda No. 6 Bogor, Senin (25/10/2010).Namun benda purbakala ini nasibnya masih mengenaskan. Jauh dari keamanan apalagi perawatan. Untuk itu, tahun 2011, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertekat akan menyelamatkan situs tersebut. Pemerintah Provinsi akan mengalokasikan dana sekitar Rp 1-2 Miliar untuk merawat temuan tersebut.  “Paling tidak akan kita lakukan untuk menjaga jangan sampai dirusak dan disentuh dengan pagar yang memadai. Sehingga orang-orang kalau ke sana tidak lagi merambah situsnya. Cukup melihat dari luar,” tambah Gubernur.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudyaan  Provinsi Jawa Barat Herdiwan menambahkan, Piramida yang ditemukan di Gunung Padang ini merupakan warisan dari jaman prasejarah. “Puncaknya yang sudah ditemukan oleh arkeologi pusat luasnya terbesar di Asia Tenggara. Sekarang ditemukan pathok-pathok seperti piramid, itu paling luas di dunia,” tambah Herdiwan.
Sejauh ini usaha pengamanan yang dilakukan masih sebatas memasang kawat pengaman di areal puncak piramida.  Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat Pon S. Purajatnika menambahkan sampai saat ini proses eskavasi belum bisa dilakukan, baik di areal puncak yang meliputi empat hektar dan areal keseluruhan yang diperkirakan seluas 50 hektar.Bila hal ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan benda-benda situs yang berserakan di areal tersebut bida dijadikan batu kali oleh penduduk sekitar Desa Karya Mukti tersebut.Berdasarkan berbagai sumber, Situs Gunung Padang merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang lebih sekitar 3 hektar.
Keberadaan situs ini pertama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian bend cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis, geologis dan lainnya.Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Situs Gunung Padang yang terletak 50 kilometer dari Cianjur konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam.Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha mengumpulkan balok-balok batu yang hanya terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya lebih cepat berlalu.

Di ufuk timur semburan fajar telah menggagalkan usaha kerasnya, maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-batunya ia biarkan berserakan di atas bukit yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang artinya terang.Punden berundak Gunung Padang, dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang.  Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Batu-batu itu sama sekali belum mengalami sentuhan tangan manusia dalam arti, belum dikerjakan atau dibentuk oleh tangan manusia.  Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang.Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fuko. red/**
di bosnia jg sudah ditemukan

0 comments:

Post a Comment

For friends of bloggers who frequently read articles in this blog, please Copy / Paste and share it anywhere you like. However, if acceptable please indicate the source of the articles link blogger friend share (copy / paste). Let Share information for us all, because now the information is easily obtained, and this blog is one source of reliable information, becauseof the already trusted sources,


Reading is one of the best ways to get information
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...