• ParadiseBOX
• ParadiseBOX
Terutama pada tingkat kognitifnya, seperti menganalisis dan menalar.
ddd
(REUTERS/Lucy Nicholson)
VIVAnews - Banyak yang beranggapan kalau atlet profesional digambarkan sebagai "atlet bodoh". Tapi, studi baru membantah anggapan itu.
Sebuah penelitian menemukan bahwa pemain sepakbola yang berpengalaman memiliki fungsi otak yang mengesankan, terutama pada tingkat kognitifnya, seperti dalam aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa.
Temuan ini didapat oleh tim peneliti dari Brunel University di London, setelah melakukan serentet pengujian untuk menentukan seorang pemain sepakbola memiliki kemampuan lebih baik dari pemain lainnya, terutama dalam mengantisipasi dan menanggapi gerakan.
Dalam pengujian tersebut, peneliti melibatkan 39 pemain yang pengalaman dengan tingkat keahlian yang berbeda-beda. Kemudian satu per satu pemain dipindai otaknya dengan mesin pencitraan Functional Magnetic Resonance (FMRI).
Mesin ini dilengkapi dengan monitor yang menunjukkan video pemain saat sedang menggiring (dribbling)bola ke arah pemain lain.
Dalam olahraga sepakbola, banyak pemain yang mencoba bergerak menipu saat berhadapan dengan pemain lawan. Istilah yang populer digunakan di Indonesia adalah menggocek. Para pemain berpura-pura akan menendang ke arah kiri, padahal sebenarnya mereka ingin menendang ke arah kanan.
Nah, di sini mesin pencitraan FMRI bekerja untuk melihat bagaimana kerja otak pemain saat mengantisipasi dan merespons gerakan tipuan dari pemain lawan.
Menurut Daniel Bishop, ketua tim penelitian, para pemain yang lebih berpengalaman, memiliki tingkat akurasi yang lebih baik saat memprediksi gerakan menipu pemain lawan.
"Mereka (pemain profesional) memiliki performa otak yang sangat tinggi. Fungsi koordinasi otot matanya pun lebih baik ketimbang pemain yang kurang berpengalaman," kata Bishop, dilansir LiveScience, 5 Maret 2013.
Dari gambar produksi otak dan pencitraan resonansi magnetik, diketahui bahwa para pemain yang sudah ahli memiliki performa otak yang lebih baik dibandingkan pemain pemula, terutama saat mengantisipasi gerakan tipuan pemain lawan.
Temuan ini membuka lembaran pengetahuan baru bagi para pemilik klub sepakbola, untuk mengembangkan sesi latihan yang secara khusus meningkatkan otak seorang pemain. Bukan tak mungkin, klub sepakbola memperkerjakan ahli saraf di masa depan.
"Kami percaya, tingkat performa otak dan saraf dapat ditingkatkan melalui latihan yang berkualitas tinggi. Selain itu, langkah berikutnya adalah melatih otak para pemain untuk mengantisipasi gerakan pemain lawan," kata Bishop.
Studi pengamatan tentang otak pemain sepakbola profesional ini telah dipublikasikan di Journal of Sport and Exercise Psychology.
© VIVA.co.id |
Terutama pada tingkat kognitifnya, seperti menganalisis dan menalar.
ddd
(REUTERS/Lucy Nicholson)
VIVAnews - Banyak yang beranggapan kalau atlet profesional digambarkan sebagai "atlet bodoh". Tapi, studi baru membantah anggapan itu.
Sebuah penelitian menemukan bahwa pemain sepakbola yang berpengalaman memiliki fungsi otak yang mengesankan, terutama pada tingkat kognitifnya, seperti dalam aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa.
Temuan ini didapat oleh tim peneliti dari Brunel University di London, setelah melakukan serentet pengujian untuk menentukan seorang pemain sepakbola memiliki kemampuan lebih baik dari pemain lainnya, terutama dalam mengantisipasi dan menanggapi gerakan.
Dalam pengujian tersebut, peneliti melibatkan 39 pemain yang pengalaman dengan tingkat keahlian yang berbeda-beda. Kemudian satu per satu pemain dipindai otaknya dengan mesin pencitraan Functional Magnetic Resonance (FMRI).
Mesin ini dilengkapi dengan monitor yang menunjukkan video pemain saat sedang menggiring (dribbling)bola ke arah pemain lain.
Dalam olahraga sepakbola, banyak pemain yang mencoba bergerak menipu saat berhadapan dengan pemain lawan. Istilah yang populer digunakan di Indonesia adalah menggocek. Para pemain berpura-pura akan menendang ke arah kiri, padahal sebenarnya mereka ingin menendang ke arah kanan.
Nah, di sini mesin pencitraan FMRI bekerja untuk melihat bagaimana kerja otak pemain saat mengantisipasi dan merespons gerakan tipuan dari pemain lawan.
Menurut Daniel Bishop, ketua tim penelitian, para pemain yang lebih berpengalaman, memiliki tingkat akurasi yang lebih baik saat memprediksi gerakan menipu pemain lawan.
"Mereka (pemain profesional) memiliki performa otak yang sangat tinggi. Fungsi koordinasi otot matanya pun lebih baik ketimbang pemain yang kurang berpengalaman," kata Bishop, dilansir LiveScience, 5 Maret 2013.
Dari gambar produksi otak dan pencitraan resonansi magnetik, diketahui bahwa para pemain yang sudah ahli memiliki performa otak yang lebih baik dibandingkan pemain pemula, terutama saat mengantisipasi gerakan tipuan pemain lawan.
Temuan ini membuka lembaran pengetahuan baru bagi para pemilik klub sepakbola, untuk mengembangkan sesi latihan yang secara khusus meningkatkan otak seorang pemain. Bukan tak mungkin, klub sepakbola memperkerjakan ahli saraf di masa depan.
"Kami percaya, tingkat performa otak dan saraf dapat ditingkatkan melalui latihan yang berkualitas tinggi. Selain itu, langkah berikutnya adalah melatih otak para pemain untuk mengantisipasi gerakan pemain lawan," kata Bishop.
Studi pengamatan tentang otak pemain sepakbola profesional ini telah dipublikasikan di Journal of Sport and Exercise Psychology.
Sebuah penelitian menemukan bahwa pemain sepakbola yang berpengalaman memiliki fungsi otak yang mengesankan, terutama pada tingkat kognitifnya, seperti dalam aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa.
Temuan ini didapat oleh tim peneliti dari Brunel University di London, setelah melakukan serentet pengujian untuk menentukan seorang pemain sepakbola memiliki kemampuan lebih baik dari pemain lainnya, terutama dalam mengantisipasi dan menanggapi gerakan.
Dalam pengujian tersebut, peneliti melibatkan 39 pemain yang pengalaman dengan tingkat keahlian yang berbeda-beda. Kemudian satu per satu pemain dipindai otaknya dengan mesin pencitraan Functional Magnetic Resonance (FMRI).
Mesin ini dilengkapi dengan monitor yang menunjukkan video pemain saat sedang menggiring (dribbling)bola ke arah pemain lain.
Dalam olahraga sepakbola, banyak pemain yang mencoba bergerak menipu saat berhadapan dengan pemain lawan. Istilah yang populer digunakan di Indonesia adalah menggocek. Para pemain berpura-pura akan menendang ke arah kiri, padahal sebenarnya mereka ingin menendang ke arah kanan.
Nah, di sini mesin pencitraan FMRI bekerja untuk melihat bagaimana kerja otak pemain saat mengantisipasi dan merespons gerakan tipuan dari pemain lawan.
Menurut Daniel Bishop, ketua tim penelitian, para pemain yang lebih berpengalaman, memiliki tingkat akurasi yang lebih baik saat memprediksi gerakan menipu pemain lawan.
"Mereka (pemain profesional) memiliki performa otak yang sangat tinggi. Fungsi koordinasi otot matanya pun lebih baik ketimbang pemain yang kurang berpengalaman," kata Bishop, dilansir LiveScience, 5 Maret 2013.
Dari gambar produksi otak dan pencitraan resonansi magnetik, diketahui bahwa para pemain yang sudah ahli memiliki performa otak yang lebih baik dibandingkan pemain pemula, terutama saat mengantisipasi gerakan tipuan pemain lawan.
Temuan ini membuka lembaran pengetahuan baru bagi para pemilik klub sepakbola, untuk mengembangkan sesi latihan yang secara khusus meningkatkan otak seorang pemain. Bukan tak mungkin, klub sepakbola memperkerjakan ahli saraf di masa depan.
"Kami percaya, tingkat performa otak dan saraf dapat ditingkatkan melalui latihan yang berkualitas tinggi. Selain itu, langkah berikutnya adalah melatih otak para pemain untuk mengantisipasi gerakan pemain lawan," kata Bishop.
Studi pengamatan tentang otak pemain sepakbola profesional ini telah dipublikasikan di Journal of Sport and Exercise Psychology.
© VIVA.co.id |
• ParadiseBOX
0 comments:
Post a Comment