LuckyDelapan News.
Ilmuwan menemukan tumpukan kepiting "yeti", bintang laut pemangsa, dan gurita "hantu".
VIVAnews -- Untuk kali pertamanya, para ilmuwan berhasil mengeksplorasi laut dalam Antartika. Dan mereka terkesima, saat melihat pemandangan berbeda yang tak ditemukan di perairan lain: spesies baru anemone, bintang laut predator, dan kepiting dada berbulu mirip yeti -- monster salju.
"Ini mirip pemandangan dari planet lain," kata ketua tim ekspedisi, Alex Rogers, yang juga dosen zoologi di Oxford University, seperti dimuat situs MSNBC, Rabu 4 Januari 2011.
Bahkan dengan mata telanjang, bisa dilihat binatang-binatang di kedalaman Antartika berbeda dengan tempat lain. Termasuk, tumpukan kepiting yang saling berdesakan di sekitar aliran yang lebih hangat di ventilasi hidrotermal. "Melihat begitu banyak binatang, dengan kepadatan seperti ini, sungguh menakjubkan," tambah Rogers kepada situs sains, LiveScience.
Untuk diketahui, energi tidak datang dari matahari, melainkan energi geothermal atau panas bumi yang dihasilkan dari kerak samudera.
Dada kepiting "yeti" diperkirakan adalah kebun bagi bakteri, yang ditutupi sulur-sulur berambut. Lapisan bakteri ini, menurut Rogers, menyediakan makanan bagi kepiting. Sebaliknya, bintang laut berkaki tujuh siap memangsa kepiting tersebut.
Kepiting "yeti" ini berdesakan di wilayah seluas 600 meter persegi. "Mereka secara harafiah, bertumpuk satu sama lain," kata Rogers. Kepiting memang dikenal sebagai binatang yang tak toleran terhadap suhu dingin. Sehingga ventilasi mungkin menjadi surga hangat untuk kepiting ini.
Tak seperti ventilasi hidrotermal di wilayah lain, tak banyak cacing, kerang, dan udang ditemukan di Antartika. Meski demikian, mereka adalah pelabuhan spesies baru dari teritip dan anemon, juga siput besar bercangkang spiral coklat. Para ilmuwan bahkan menjumpai gurita berkulit pucat seperti hantu, yang nampaknya tertarik dengan lampu yang dipancarkan alat penelitian.
Keanehan kehidupan bawah laut dalam sebelumnya telah diungkap, namun belum ada yang pernah menemukan ventilasi hidrotermal di Antartika. Tantangannya memang lebih besar. Demikian diungkapkan dosen ilmu bumi dan kelautan University of Southampton, Jon Copley, yang ambil bagian dalam riset tersebut.
"Baru belakangan ini, kami cukup berani untuk menghadapi tantangan kutub," kata dia.
Pada tahun 1999, survei pemetaan Antartika mengungkap petunjuk adanya ventilasi hidrotermal di kolom air di East Scotia Ridge. Butuh 10 tahun bagi para peneliti melakukan penelitian besar-besaran, termasuk menurunkan kamera ke kedalaman 2,59 kilometer ke kedalaman laut, untuk menangkap ventilasi hidrotermal Antartika -- beberapa di antaranya mirip cerobong asap, mengeluarkan warna hitam, dan memancarkan air panas.
"Ini mirip pemandangan dari planet lain," kata ketua tim ekspedisi, Alex Rogers, yang juga dosen zoologi di Oxford University, seperti dimuat situs MSNBC, Rabu 4 Januari 2011.
Bahkan dengan mata telanjang, bisa dilihat binatang-binatang di kedalaman Antartika berbeda dengan tempat lain. Termasuk, tumpukan kepiting yang saling berdesakan di sekitar aliran yang lebih hangat di ventilasi hidrotermal. "Melihat begitu banyak binatang, dengan kepadatan seperti ini, sungguh menakjubkan," tambah Rogers kepada situs sains, LiveScience.
Untuk diketahui, energi tidak datang dari matahari, melainkan energi geothermal atau panas bumi yang dihasilkan dari kerak samudera.
Dada kepiting "yeti" diperkirakan adalah kebun bagi bakteri, yang ditutupi sulur-sulur berambut. Lapisan bakteri ini, menurut Rogers, menyediakan makanan bagi kepiting. Sebaliknya, bintang laut berkaki tujuh siap memangsa kepiting tersebut.
Kepiting "yeti" ini berdesakan di wilayah seluas 600 meter persegi. "Mereka secara harafiah, bertumpuk satu sama lain," kata Rogers. Kepiting memang dikenal sebagai binatang yang tak toleran terhadap suhu dingin. Sehingga ventilasi mungkin menjadi surga hangat untuk kepiting ini.
Tak seperti ventilasi hidrotermal di wilayah lain, tak banyak cacing, kerang, dan udang ditemukan di Antartika. Meski demikian, mereka adalah pelabuhan spesies baru dari teritip dan anemon, juga siput besar bercangkang spiral coklat. Para ilmuwan bahkan menjumpai gurita berkulit pucat seperti hantu, yang nampaknya tertarik dengan lampu yang dipancarkan alat penelitian.
Keanehan kehidupan bawah laut dalam sebelumnya telah diungkap, namun belum ada yang pernah menemukan ventilasi hidrotermal di Antartika. Tantangannya memang lebih besar. Demikian diungkapkan dosen ilmu bumi dan kelautan University of Southampton, Jon Copley, yang ambil bagian dalam riset tersebut.
"Baru belakangan ini, kami cukup berani untuk menghadapi tantangan kutub," kata dia.
Pada tahun 1999, survei pemetaan Antartika mengungkap petunjuk adanya ventilasi hidrotermal di kolom air di East Scotia Ridge. Butuh 10 tahun bagi para peneliti melakukan penelitian besar-besaran, termasuk menurunkan kamera ke kedalaman 2,59 kilometer ke kedalaman laut, untuk menangkap ventilasi hidrotermal Antartika -- beberapa di antaranya mirip cerobong asap, mengeluarkan warna hitam, dan memancarkan air panas.
Lalu, pada 2010, peneliti kembali dengan kendaraan selam yang bisa dioperasikan jarak jauh (ROV), yang dinamai Isis. Ia bertugas mengambil foto jarak dekat dan mengumpulkan sampel untuk identifikasi organisme.
Penemuan ini diharapkan akan menjembatani gap atau kesenjangan para peneliti tentang bagaimana kehidupan laut menyebar di sekitar lautan. Mereka berharap Samudera Selatan akan menjadi gerbang bersejarah bagi spesies yang berjalan antar-samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia. Juga kaitannya dengan sejarah geologi.
Penemuan ini diharapkan akan menjembatani gap atau kesenjangan para peneliti tentang bagaimana kehidupan laut menyebar di sekitar lautan. Mereka berharap Samudera Selatan akan menjadi gerbang bersejarah bagi spesies yang berjalan antar-samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia. Juga kaitannya dengan sejarah geologi.
0 comments:
Post a Comment