• LuckyDelapan News
Peneliti biologi LIPI menemukan beberapa fauna baru yang belum pernah ada.
VIVAnews - Kawasan karst merupakan bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Peneliti biologi LIPI menemukan beberapa jenis fauna baru di kawasan yang belum pernah ada sebelumnya.
"Kami menemukan jenis baru yaitu ikan buta, kepiting buta, dan penemuan kembali udang buta," ujar Yayuk R Suhardjono, Peneliti Pusat Biologi LIPI, kepada VIVAnews, Jumat, 4 Mei 2012.
Ketiganya mempunyai ciri khusus yang berbeda dari jenis ikan yang pernah ada. Ikan buta yang ditemukan dari kawasan karst Maros, Sulawesi Selatan memiliki ukuran 10 cm, Kepiting Buta yang juga ditemukan di perairan gua Maros berukuran 1 cm.
Peneliti biologi LIPI menemukan beberapa jenis fauna baru di kawasan yang belum pernah ada sebelumnya.
"Kami menemukan jenis baru yaitu ikan buta, kepiting buta, dan penemuan kembali udang buta," ujar Yayuk R Suhardjono, Peneliti Pusat Biologi LIPI, kepada VIVAnews, Jumat, 4 Mei 2012.
Ketiganya mempunyai ciri khusus yang berbeda dari jenis ikan yang pernah ada. Ikan buta yang ditemukan dari kawasan karst Maros, Sulawesi Selatan memiliki ukuran 10 cm, Kepiting Buta yang juga ditemukan di perairan gua Maros berukuran 1 cm.
"Ini kepiting yang mempunyai lengan panjang," tambahnya.
Ikan gua memiliki ciri khusus pada fungsi dibandingkan dengan ikan permukaan. Mata ikan lebih kecil, warna tubuh semakin transparan, dan organ perasa seperi barbel dan gurat sisi berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh habitat gua yang gelap dan dingin.
Sedangkan jenis Udang Buta, menurut Yayuk sebelumnya sudah pernah ada. Tapi, sudah puluhan tahun populasi ini hilang.
"Udang ini terakhir ditemukan 1935, sekarang ditemukan lagi. Dikira jenis ini sudah punah," jelasnya.
Udang Buta yang berukuran 2 cm ditemukan di kawasan karst Pegunungan Gunung Sewu, yang memanjang dari Jawa Tengah sampai Jawa Timur hingga Madura.
Yayuk mengatakan secara populasi binatang gua karst tidak banyak. Hal ini membuat pertumbuhan fauna di ekosistem kawasan karst tersebut lambat.
"Di kawasan karst atau gua pakan jelas terbatas. Jadi, gerakan terbatas, reproduksi juga lambat karena secara populasi tak banyak," paparnya.
Keberadaan fauna di kawasan karst berperan sebagai penyeimbang ekosistem. Pada umumnya fauna dalam gua berperan sebagai perombak atau pemangsa.
"Kepiting atau tungau (kutu) dalam gua berperan sebagai pemangsa hewan yang lebih kecil dan perombak bahan organik," jelasnya.
Yayuk berharap penemuan ini dapat dilestarikan dan dikelola dengan baik untuk mengembangkan ekosistem kawasan karst.
Hanya Sumber Air
Masyarakat selama ini hanya mengenal ekosistem di kawasan karst sebagai sumber air saja. Padahal banyak binatang yang mampu membuat ekosistem karst semakin berkembang.
Yayuk menyebutkan peran fauna kelelawar yang dapat berperan sebagai penyerbukan bunga.
"Dia menyerbuk bunga duren, pisang, bakau dan kapuk randu di sekitar kawasan," tambahnya.
Yayuk merinci bahwa kelelawar yang memiliki bobot 40 gram mampu melahap pakan 10 gram atau setara dengan seribu individu serangga kecil setiap malam.
"Jadi ini membantu mengurangi hama pertanian," lanjutnya.
Yayuk mengatakan kawasan di sekitar karst terdapat habitat berbeda misalnya hutan, pertanian, bukit atau danau.
Selain kelelawar, lalat kembang yang hidup di gua berperan sebagai penyerbuk bunga petai, durian, bakau, pisang, jambu, nangka, srikaya, belimbing, dan kelapa. (umi
)
Ikan gua memiliki ciri khusus pada fungsi dibandingkan dengan ikan permukaan. Mata ikan lebih kecil, warna tubuh semakin transparan, dan organ perasa seperi barbel dan gurat sisi berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh habitat gua yang gelap dan dingin.
Sedangkan jenis Udang Buta, menurut Yayuk sebelumnya sudah pernah ada. Tapi, sudah puluhan tahun populasi ini hilang.
"Udang ini terakhir ditemukan 1935, sekarang ditemukan lagi. Dikira jenis ini sudah punah," jelasnya.
Udang Buta yang berukuran 2 cm ditemukan di kawasan karst Pegunungan Gunung Sewu, yang memanjang dari Jawa Tengah sampai Jawa Timur hingga Madura.
Yayuk mengatakan secara populasi binatang gua karst tidak banyak. Hal ini membuat pertumbuhan fauna di ekosistem kawasan karst tersebut lambat.
"Di kawasan karst atau gua pakan jelas terbatas. Jadi, gerakan terbatas, reproduksi juga lambat karena secara populasi tak banyak," paparnya.
Keberadaan fauna di kawasan karst berperan sebagai penyeimbang ekosistem. Pada umumnya fauna dalam gua berperan sebagai perombak atau pemangsa.
"Kepiting atau tungau (kutu) dalam gua berperan sebagai pemangsa hewan yang lebih kecil dan perombak bahan organik," jelasnya.
Yayuk berharap penemuan ini dapat dilestarikan dan dikelola dengan baik untuk mengembangkan ekosistem kawasan karst.
Hanya Sumber Air
Masyarakat selama ini hanya mengenal ekosistem di kawasan karst sebagai sumber air saja. Padahal banyak binatang yang mampu membuat ekosistem karst semakin berkembang.
Yayuk menyebutkan peran fauna kelelawar yang dapat berperan sebagai penyerbukan bunga.
"Dia menyerbuk bunga duren, pisang, bakau dan kapuk randu di sekitar kawasan," tambahnya.
Yayuk merinci bahwa kelelawar yang memiliki bobot 40 gram mampu melahap pakan 10 gram atau setara dengan seribu individu serangga kecil setiap malam.
"Jadi ini membantu mengurangi hama pertanian," lanjutnya.
Yayuk mengatakan kawasan di sekitar karst terdapat habitat berbeda misalnya hutan, pertanian, bukit atau danau.
Selain kelelawar, lalat kembang yang hidup di gua berperan sebagai penyerbuk bunga petai, durian, bakau, pisang, jambu, nangka, srikaya, belimbing, dan kelapa. (umi
)
• LuckyDelapan News
0 comments:
Post a Comment