• LuckyDelapan News
Potensi gempa dari Selat Sunda, kekuatan maksimal diperkirakan 8,7 SR.
VIVAnews - Sejarah mencatat, Jakarta di masa lalu pernah diguncang gempa besar. Salah satunya, pada 4-5 Januari 1699, letusan Gunung Salak membuat kota baru bentukan kolonial Belanda itu nyaris hancur.
Kini, Tim Revisi Peta Gempa Indonesia mengumumkan, ada 12 sumber gempa mengelilingi Jakarta, berupa sesar dan subduksi. Letaknya di darat maupun di lautan. Bagaimana nasib Jakarta yang dikelilingi gedung bertingkat jika terjadi gempa?
Soal itu, Ketua Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, Masyhur Irsyam, meluruskan kabar bahwa gedung bertingkat di Jakarta hanya mampu bertahan digoyang gempa dengan kekuatan 7 Skala Ritcher.
"Ini persepsi yang salah. Kita tidak bicara skala karena kita kuantifikasi dalam percepatan. Kalau skala 7, tapi pusat gempa ada di bawah kita ya berbahaya. Perlu kita lihat sumber gempanya di mana," katanya saat ditemui di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa 17 April 2012.
Pihaknya menyatakan sudah melakukan estimasi jika dari Selat Sunda muncul gempa dengan kekuatan masimal 8,7 SR, maka percepatan gempa sampai di Jakarta hanya 0,12 gravitasi di batuan dasar. "Itu masih lebih rendah dari persyaratan perencanaan bangunan yang standarnya 0,15 gravitasi," kata peneliti di Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB ini.
Standar percepatan di batuan dasar menurutnya akan menentukan besaran goyangan pada fondasi bangunan, yang nantinya juga berpengaruh terhadap goyangan bangunan.
"Standar 0,15 percepatan minimal di batuan dasar, ini merupakan periode 500 tahun sesuai SNI 2002. Insya Allah, aman," katanya.
Meski saat ini peraturan standar percepatan batuan dasar diperbaharui menjadi 0,20 grativasi sesuai SNI 2012, hampir tidak berbeda. "Yang penting bangunan dihitung dengan standar, diawasi, dilaksanakan secara benar," ujarnya.
Untuk mengetahui percepatan minimal di batuan dasar, sebelumnya harus mengetahui kondisi tanah bangunan apakah dalam kategori tanah sedang atau lunak. Jika tanah lunak menurutnya berpotensi terjadi pembesaran goyangan 2 sampai 2,5 kali dari percepatan di batuan dasar.
Ia sebelumnya mengatakan bahwa gedung bertingkat lebih dari delapan di Jakarta sudah dicek oleh Tim Penasehat Konstruksi Bangunan DKI Jakarta.
Sampai saat ini belum diketahui apakah di Jakarta terdapat sumber gempa atau tidak karena para ahli belum menemukan sumber gempa dimaksud. Masyhur mengatakan potensi sumber gempa yang paling besar yakni gempa dari Selat Sunda dengan kekuatan maksimal diperkirakan 8,7 SR. (kd)
Kini, Tim Revisi Peta Gempa Indonesia mengumumkan, ada 12 sumber gempa mengelilingi Jakarta, berupa sesar dan subduksi. Letaknya di darat maupun di lautan. Bagaimana nasib Jakarta yang dikelilingi gedung bertingkat jika terjadi gempa?
Soal itu, Ketua Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, Masyhur Irsyam, meluruskan kabar bahwa gedung bertingkat di Jakarta hanya mampu bertahan digoyang gempa dengan kekuatan 7 Skala Ritcher.
"Ini persepsi yang salah. Kita tidak bicara skala karena kita kuantifikasi dalam percepatan. Kalau skala 7, tapi pusat gempa ada di bawah kita ya berbahaya. Perlu kita lihat sumber gempanya di mana," katanya saat ditemui di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa 17 April 2012.
Pihaknya menyatakan sudah melakukan estimasi jika dari Selat Sunda muncul gempa dengan kekuatan masimal 8,7 SR, maka percepatan gempa sampai di Jakarta hanya 0,12 gravitasi di batuan dasar. "Itu masih lebih rendah dari persyaratan perencanaan bangunan yang standarnya 0,15 gravitasi," kata peneliti di Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB ini.
Standar percepatan di batuan dasar menurutnya akan menentukan besaran goyangan pada fondasi bangunan, yang nantinya juga berpengaruh terhadap goyangan bangunan.
"Standar 0,15 percepatan minimal di batuan dasar, ini merupakan periode 500 tahun sesuai SNI 2002. Insya Allah, aman," katanya.
Meski saat ini peraturan standar percepatan batuan dasar diperbaharui menjadi 0,20 grativasi sesuai SNI 2012, hampir tidak berbeda. "Yang penting bangunan dihitung dengan standar, diawasi, dilaksanakan secara benar," ujarnya.
Untuk mengetahui percepatan minimal di batuan dasar, sebelumnya harus mengetahui kondisi tanah bangunan apakah dalam kategori tanah sedang atau lunak. Jika tanah lunak menurutnya berpotensi terjadi pembesaran goyangan 2 sampai 2,5 kali dari percepatan di batuan dasar.
Ia sebelumnya mengatakan bahwa gedung bertingkat lebih dari delapan di Jakarta sudah dicek oleh Tim Penasehat Konstruksi Bangunan DKI Jakarta.
Sampai saat ini belum diketahui apakah di Jakarta terdapat sumber gempa atau tidak karena para ahli belum menemukan sumber gempa dimaksud. Masyhur mengatakan potensi sumber gempa yang paling besar yakni gempa dari Selat Sunda dengan kekuatan maksimal diperkirakan 8,7 SR. (kd)
• LuckyDelapan News
0 comments:
Post a Comment