Misteri candi di bawah laut yang berada di Pemuteran, Bali, akhirnya terpecahkan. Bangunan yang mirip pura di Pulau Dewata itu ternyata terumbu karang buatan, bukan peninggalan purbakala. Nama ‘kompleks’ terumbu karang mirip candi itu adalah Taman Pura atau Temple Garden.
Penjelasan tentang hal itu bisa diikuti di situs www.globalcoral.org dan divingathletic.com. Proyek yang dirintis sejak tahun 2000 itu sengaja dibuat untuk merevitalisasi terumbu karang di Pemuteran yang rusak. Di lokasi itulah Taman Pura berdiri.
Proyek ini bermula dari keprihatinan warga sekitar termasuk para ekspatriat, melihat terumbu karang yang rusak oleh perilaku pencari ikan yang menggunakan bahan peledak.
Proyek pertama dilakukan oleh Dr Thomas Goreau dan Profesor Wolf Hilbertz yang bekerja sama dengan sejumlah penyelam. Mereka membangun tempat perawatan koral pertama di depan Pondok Sari Hotel.
Proyek yang dinamai The Karang Lestari Project ini terus dikembangkan dengan donasi pebisnis lokal, hotel-hotel, toko-toko penjual alat-alat menyelam maupun USAID. Diharapkan, proyek ini dapat menarik minat turis sehingga dapat memperbaiki ekonomi warga Pemuteran.
Sebelumnya foto-foto Taman Pura menjadi perbincangan di situs mikroblogging Twitter. Pejabat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata belum mengetahui soal keberadaan Taman Pura dan malah akan menemui pakar telematika untuk mengetahui keaslian foto-foto itu.
Pupus sudah harapan Indonesia menemukan peninggalan Atlantis dari Timur. Candi bawah laut yang terdapat di Barat Laut Bali itu ternyata bikinan duo bule: Chris Brown dan Paul Turley. "Baru lima tahun, bukan ratusan tahun," kata Turley, terbahak, Kamis (5/8).
Berikut kutipan wawancara Tempo dengan pria Inggris berusia 43 dan beristri warga Bali itu.
Bagaimana ide membangun candi bawah laut bisa muncul?
Itu sebenarnya ide sahabat saya Chris Brown. Idenya sudah lama, tapi tidak ada dana. Dana baru ada pada 2005 setelah AusAid mau membiayai proyek itu sebagai upaya melestarikan terumbu karang di Bali.
Bagaimana cara membangunnya?
Di Bali banyak pengrajin yang membuat pura siap angkut. Kami membelinya, buat platform beton, lalu menenggelamkannya ke dasar laut di Pemuteran Bali. Gerbang pura yang gambarnya beredar di internet berada di kedalaman 30 meter, dan patung-patung kecil di kedalaman 15 meter. Kami tidak menyebutnya candi, tapi garden temple (taman pura)
Berapa lama mengerjakannya?
Bukan kerja yang mudah. Kami butuh 4 bulan untuk membangunnya, dengan melibatkan sampai 10 orang penyelam.
Biayanya?
Wah, saya tidak enak sama AusAid.
Apa gunanya pura di bawah laut?
Itu bagian dari PET, Pemuteran Environment and Community Trust. Program donasi untuk melestarikan perairan Pemuteran. Donasi minimum adalah Rp 20 ribu per penyelam dan Rp 10 ribu bagi pengapung (snorkeler). Lokasi temple garden biasa kami gunakan untuk melatih penyelam yang ingin meraih level advance.
Berapa banyak pengunjungnya?
Saya tidak menghitung. Tapi biasanya tiap akhir pekan saya membawa tamu ke sana.
Kenapa baru heboh sekarang?
Saya juga tidak tahu. Saya baru tahu kemarin saat tiba di Bali kemarin (Dia sudah 14 tahun tinggal di Bali dan mendirikan dive center Sea Rovers). Saya sih senang, jadi promosi gratis bagi kami.
Apakah Anda yang unggah foto di Twitter?
Bukan. Tapi foto itu memang foto saya. Saya membuatnya dua tahun lalu dan posting ke situs fotografer bawah laut juga Facebook. Sebenarnya saya pertama memotretnya pada 2005 tapi waktu itu kamera saya jelek.
Kenapa pemerintah kebingungan dengan keberadaan pura Anda. Apa Anda tidak memberi tahu mereka?
Mereka sudah tahu. Pemerintah Kabupaten Singaraja sudah pernah datang untuk presentasi Program Reef Gardener waktu pura baru jadi pada 2005.
0 comments:
Post a Comment