• LuckyDelapan News
Proses setelah pelepasan terekam oleh video pengamat satelit amatir.
(European Space Agency)
VIVAnews - PT Telkom Indonesia akhirnya mengungkapkan penyebab hilangnya Satelit Telkom-3 saat akan diorbitkan ke luar angkasa. Satelit Telkom-3 hilang akibat gagal mengorbit, setelah 'menumpang' roket Rusia, Proton-M, yang diluncurkan dari Cosmodrome Baikonur di Kazakhstan.
Keterangan mengenai hilangnya satelit ini disampaikan Telkom setelah mendapat informasi dari ISS Reshetnev Rusia, selaku kontraktor utama satelit.
"Kami telah mendapat informasi tertulis dari ISS Reshetnev, Rusia, bahwa telah terjadi anomali pada saat peluncuran Satelit Telkom-3 di tahap pengoperasian roket peluncur Briz-M sehingga menyebabkan satelit hanya mencapai intermediate orbit," kata Slamet Riyadi, Head of Corporate Communication and Affair Telkom dalam keterangan tertulis, Rabu 8 Agustus 2012.
Slamet menjelaskan, ISS Reshetnev sedang melakukan investigasi lebih lanjut atas kejadian ini. Melalui koordinasi intensif dengan pihak ISS Reshetnev, Telkom berharap mendapatkan informasi rinci dalam waktu dekat.
Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, menjelaskan lebih rinci mengenai kerusakan yang dialami Briz-M. Di situs resminya, Roscosmos mengatakan pendorong roket (booster) milik Proton-M hanya berfungsi selama tujuh detik. Padahal, booster ini diprogram berjalan 18 menit 5 detik, di fase pengoperasian roket peluncur Briz-M. Roscosmos juga sempat menyebut ada masalah di salah satu pembakaran Briz-M.
Awalnya, peluncuran ini seperti tidak ada kendala. Mengutip laman Space Travel, Proton-M sukses melewati tahap awal peluncuran hingga tahap pengoperasian Briz-M, seperti yang direncanakan sebelumnya.
Keterangan mengenai hilangnya satelit ini disampaikan Telkom setelah mendapat informasi dari ISS Reshetnev Rusia, selaku kontraktor utama satelit.
"Kami telah mendapat informasi tertulis dari ISS Reshetnev, Rusia, bahwa telah terjadi anomali pada saat peluncuran Satelit Telkom-3 di tahap pengoperasian roket peluncur Briz-M sehingga menyebabkan satelit hanya mencapai intermediate orbit," kata Slamet Riyadi, Head of Corporate Communication and Affair Telkom dalam keterangan tertulis, Rabu 8 Agustus 2012.
Slamet menjelaskan, ISS Reshetnev sedang melakukan investigasi lebih lanjut atas kejadian ini. Melalui koordinasi intensif dengan pihak ISS Reshetnev, Telkom berharap mendapatkan informasi rinci dalam waktu dekat.
Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, menjelaskan lebih rinci mengenai kerusakan yang dialami Briz-M. Di situs resminya, Roscosmos mengatakan pendorong roket (booster) milik Proton-M hanya berfungsi selama tujuh detik. Padahal, booster ini diprogram berjalan 18 menit 5 detik, di fase pengoperasian roket peluncur Briz-M. Roscosmos juga sempat menyebut ada masalah di salah satu pembakaran Briz-M.
Awalnya, peluncuran ini seperti tidak ada kendala. Mengutip laman Space Travel, Proton-M sukses melewati tahap awal peluncuran hingga tahap pengoperasian Briz-M, seperti yang direncanakan sebelumnya.
Telkom-3 dan satelit Rusia Ekspress-MD2 pun diperkirakan akan terparkir sempurna setelah dilepas ke orbit berukuran 172x173 km di sudut orbit 51,55 derajat.
Sekitar pukul 20.38 UTC, 6 Agustus, mesin utama Briz-M siap mendorong dua satelit. Tapi kemudian Briz-M mengalami kerusakan, padahal baru berfungsi selama 7 detik dari 18 menit yang diprogramkan. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya pelencengan orbit.
Komputer Briz-M akhirnya berfungsi kembali. Dengan prosedur darurat, dua satelit ini kemudian dilepas ke orbit independen. Padahal, semula pelepasan Telkom-3 akan dilakukan pada jam 04.44 UTC, 7 Agustus. Sedangkan Express-MD2 akan dilepas 30 menit setelah Telkom-3. Namun, sepertinya ada kecelakaan yang menyebabkan pelepasan berlangsung lebih cepat.
Proses setelah pelepasan ini terekam dalam sebuah video oleh Kevin Fetter, pengamat satelit amatir di Kanada, sekitar pukul 04.08 waktu setempat. Dalam video terlihat empat benda bergerak di langit. Masing-masing terlihat sedang menarik benda lain, sehingga seperti ada dua kereta yang melintas.
Empat benda itu diperkirakan merupakan dua satelit, Briz-M, dan Auvilliary Propellant Tank milik Briz-M. Keempatnya diduga melayang bebas setelah terjadi kegagalan pelepasan satelit. Lihat videonya di tautan ini.
Asuransi
Telkom memang tidak menderita kerugian finansial akibat gagal mengorbitnya satelit ini, karena kerugian akan diganti asuransi. Kepastian ini diungkapkan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, setelah menerima laporan dari Telkom. "Mereka telah lapor ke saya kalau proyek itu diasuransikan secara penuh," ujar Dahlan.
Sebelum memutuskan pembelian satelit, perusahaan telah mengkaji berbagai macam resiko seperti hilang, meledak atau kecelakaan lainnya. "Tapi yang jelas untuk korporasi sebesar Telkom pasti bisa selebihnya. Saya tidak ingin masuk terlalu jauh," jelasnya.
Mantan Direktur Utama Telkom, Setyanto P. Santosa, menjelaskan mengenai skema umum asuransi yang digunakan industri satelit. Menurutnya, asuransi tidak hanya dilakukan untuk mengganti kegagalan peluncuran, tetapi juga meliputi kegagalan mengorbit.
Setyanto kemudian memaparkan, saat peluncuran satelit Palapa D, ada yang melenceng. Ini menyebabkan masa orbit satelit yang harusnya 18 tahun, berkurang menjadi 11 tahun. "Kerugian 7 tahun itu diasuransi, diganti," kata dia.
Dia mengaku belum tahu kontrak asuransi Telkom di peluncuran Telkom-3. Meski begitu, Setyanto yang pernah terlibat berbagai peluncuran satelit Palapa ini memaparkan ada sejumlah opsi asuransi.
"Kalau dalam kontrak pembuatan satelit, ada opsi. Beli satu satelit, tapi ada opsi juga akan beli lagi dalam satu term beberapa tahun setelah itu. Itu untuk jaga-jaga kalo ada kegagalan," ucapnya.
Karena itu, sebelum menandatangani kontrak, biasanya akan dilihat berapa persen tingkat keberhasilan peluncuran satelit. "Kami selalu lihat pembuktian, jadi tidak pernah bicara harga. Kita tidak irit ketika bicara peluncur, bisa irit di pembuatan satelit. Ini bisnis satelit, masa irit," ucapnya.
Pelaku industri satelit, Kanaka Hidayat, menjelaskan bahwa industri satelit memang penuh resiko. "Karena itu setiap titik pembentukan satelit dan peluncuran itu sangat dipertimbangkan," ucap Kanaka, General Manager PT Broadband Broadcast Satellite.
Sekitar pukul 20.38 UTC, 6 Agustus, mesin utama Briz-M siap mendorong dua satelit. Tapi kemudian Briz-M mengalami kerusakan, padahal baru berfungsi selama 7 detik dari 18 menit yang diprogramkan. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya pelencengan orbit.
Komputer Briz-M akhirnya berfungsi kembali. Dengan prosedur darurat, dua satelit ini kemudian dilepas ke orbit independen. Padahal, semula pelepasan Telkom-3 akan dilakukan pada jam 04.44 UTC, 7 Agustus. Sedangkan Express-MD2 akan dilepas 30 menit setelah Telkom-3. Namun, sepertinya ada kecelakaan yang menyebabkan pelepasan berlangsung lebih cepat.
Proses setelah pelepasan ini terekam dalam sebuah video oleh Kevin Fetter, pengamat satelit amatir di Kanada, sekitar pukul 04.08 waktu setempat. Dalam video terlihat empat benda bergerak di langit. Masing-masing terlihat sedang menarik benda lain, sehingga seperti ada dua kereta yang melintas.
Empat benda itu diperkirakan merupakan dua satelit, Briz-M, dan Auvilliary Propellant Tank milik Briz-M. Keempatnya diduga melayang bebas setelah terjadi kegagalan pelepasan satelit. Lihat videonya di tautan ini.
Asuransi
Telkom memang tidak menderita kerugian finansial akibat gagal mengorbitnya satelit ini, karena kerugian akan diganti asuransi. Kepastian ini diungkapkan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, setelah menerima laporan dari Telkom. "Mereka telah lapor ke saya kalau proyek itu diasuransikan secara penuh," ujar Dahlan.
Sebelum memutuskan pembelian satelit, perusahaan telah mengkaji berbagai macam resiko seperti hilang, meledak atau kecelakaan lainnya. "Tapi yang jelas untuk korporasi sebesar Telkom pasti bisa selebihnya. Saya tidak ingin masuk terlalu jauh," jelasnya.
Mantan Direktur Utama Telkom, Setyanto P. Santosa, menjelaskan mengenai skema umum asuransi yang digunakan industri satelit. Menurutnya, asuransi tidak hanya dilakukan untuk mengganti kegagalan peluncuran, tetapi juga meliputi kegagalan mengorbit.
Setyanto kemudian memaparkan, saat peluncuran satelit Palapa D, ada yang melenceng. Ini menyebabkan masa orbit satelit yang harusnya 18 tahun, berkurang menjadi 11 tahun. "Kerugian 7 tahun itu diasuransi, diganti," kata dia.
Dia mengaku belum tahu kontrak asuransi Telkom di peluncuran Telkom-3. Meski begitu, Setyanto yang pernah terlibat berbagai peluncuran satelit Palapa ini memaparkan ada sejumlah opsi asuransi.
"Kalau dalam kontrak pembuatan satelit, ada opsi. Beli satu satelit, tapi ada opsi juga akan beli lagi dalam satu term beberapa tahun setelah itu. Itu untuk jaga-jaga kalo ada kegagalan," ucapnya.
Karena itu, sebelum menandatangani kontrak, biasanya akan dilihat berapa persen tingkat keberhasilan peluncuran satelit. "Kami selalu lihat pembuktian, jadi tidak pernah bicara harga. Kita tidak irit ketika bicara peluncur, bisa irit di pembuatan satelit. Ini bisnis satelit, masa irit," ucapnya.
Pelaku industri satelit, Kanaka Hidayat, menjelaskan bahwa industri satelit memang penuh resiko. "Karena itu setiap titik pembentukan satelit dan peluncuran itu sangat dipertimbangkan," ucap Kanaka, General Manager PT Broadband Broadcast Satellite.
Kanaka memahami bahwa kerugian terbesar yang dialami Telkom bukanlah kerugian finansial, tapi hilangnya kesempatan. Sebab, bisnis penyewaan transponder sedang naik daun. Bahkan di tahun 2013 pun bisnis ini dianggap akan penuh persaingan, sebab banyak yang melakukan peluncuran satelit. "Telkom harusnya bisa mendahului, jadi punya golden opportunityuntuk meraih pasar," ucap Kanaka.
Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 peralatan transmisi aktif atau transponder. Ini terdiri dari 24 transponder pada Standard C-band 36MHz, 8 transponder pada C-band 54 MHz dan 4 transponder pada 36 MHz, bersama dengan 6 transponder 54 MHz KU Band.
Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 peralatan transmisi aktif atau transponder. Ini terdiri dari 24 transponder pada Standard C-band 36MHz, 8 transponder pada C-band 54 MHz dan 4 transponder pada 36 MHz, bersama dengan 6 transponder 54 MHz KU Band.
Satelit Telkom-3 dibangun oleh ISS-Reshetnev dengan perangkat komunikasi dibuat oleh Thales Aleniaspace. Satelit ini dirancang untuk memenuhi meningkatnya permintaan peralatan transmisi dalam pengembangan layanan bisnis satelit Indonesia, terutama untuk Grup Telkom yang telah menginvestasikan US$200 juta dalam proyek ini.
• LuckyDelapan News
0 comments:
Post a Comment