• LuckyDelapan News
Tujuh awak pesawat dan tiga warga tewas.
VIVAnews - Belum hilang dari ingatan tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, 9 Mei 2012 lalu, tragedi kembali terjadi. Pesawat Fokker 27 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara yang sedang latihan jatuh, Kamis 21 Juni 2012 sekitar pukul 14.45 WIB.
Pesawat buatan tahun 1975 itu jatuh menimpa rumah anggota TNI AU di Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Akibatnya, 10 orang tewas dan 12 lainnya luka-luka.
Menurut Ade, salah seorang saksi mata yang berada di lokasi kejadian, dia melihat pesawat berpenumpang 7 orang itu terbang rendah dan tiba-tiba miring. Dalam sekejab, pesawat menghilang dari pengamatannya. "Kemudian terdengar bunyi ledakan, posisi jatuh sekitar satu kilometer dari rumah sakit Halim," ujarnya kepda VIVAnews.
Ade melihat kepulan asap. Dia pun mendekat dan kemudian melihat sejumlah orang keluar dari reruntuhan bangunan dengan tubuh penuh debu.
Pesawat buatan tahun 1975 itu jatuh menimpa rumah anggota TNI AU di Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Akibatnya, 10 orang tewas dan 12 lainnya luka-luka.
Menurut Ade, salah seorang saksi mata yang berada di lokasi kejadian, dia melihat pesawat berpenumpang 7 orang itu terbang rendah dan tiba-tiba miring. Dalam sekejab, pesawat menghilang dari pengamatannya. "Kemudian terdengar bunyi ledakan, posisi jatuh sekitar satu kilometer dari rumah sakit Halim," ujarnya kepda VIVAnews.
Ade melihat kepulan asap. Dia pun mendekat dan kemudian melihat sejumlah orang keluar dari reruntuhan bangunan dengan tubuh penuh debu.
Saksi mata lainnya yang tak mau disebutkan namanya menuturkan, ada tiga kali ledakan saat kejadian. "Terdengar suara ledakan keras di udara, buumm," katanya.
Tak lama sesudah ledakan pertama, ledakan kedua menyusul dilanjutkan ledakan ketiga yang lebih keras lagi. "Suara pesawat sebelum jatuh keras sekali. Soalnya pesawat terbang rendah banget," kata perempuan itu.
Senada dengan Ade, dia juga menyatakan sebelum jatuh, pesawat terlihat miring. "Seperti mau didaratkan ke sawah, tapi tidak sempat. Akhirnya jatuh ke permukiman," tuturnya.
Yohanes, warga yang rumahnya hanya sekitar 50 meter dari lokasi pesawat jatuh, menyatakan sebelum pesawat jatuh terdengar bunyi suara mesin yang sangat keras dan disusul suara ledakan. "Saya lari ke luar rumah dan mengejar sumber ledakan, ternyata pesawat sudah terbelah," kata Yohanes.
Bersama sejumlah warga lain, Yohanes lalu melakukan evakuasi terhadap korban yang rumahnya tertimpa badan pesawat. Saat itu rumah-rumah yang berada di lokasi kejadian langsung terbakar. Karena mesin pesawat terpental dan percikan avtur langsung menyulut rumah.
Asap hitam mengepul di lokasi kejadian. Sedikitnya 21 mobil pemadam kebakaran diterjunkan dengan dibantu warga sekitar untuk memadamkan api.
Badan pesawat terbelah dua. Bagian depan dan badan pesawat tersungkur hancur mencium tanah. Yang masih terlihat utuh hanya ekor pesawat yang menjulang ke atas.
Delapan Rumah Perwira Hancur
Dalam peristiwa mengerikan itu, sebanyak delapan rumah hancur akibat jatuhnya pesawat.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma Azman Yunus, delapan rumah itu adalah milik perwira TNI AU. Karena memang Komplek Rajawali merupakan komplek milik TNI AU. "Rumah yang rusak terletak di RT 11 RW 10 Branjangan 2 Komplek Rajawali," kata Azman.
Berikut nama perwira TNI AU yang rumahnya tertimpa pesawat:
1. Mayor Johanes Tandi Sosang
2. Letkol Sutarno
3. Rumah Letkol Kes Wiharwanto
4. Mayor Muchlisin
5. Mayor Kes Ali
6. Rumah Muhammad
7. Mayor Adm Grahadi
8. Letkol Azwar
Selain delapan rumah itu, ada juga bangunan aula RT yang turut rusak akibat insiden tersebut. "Aula itu baru dibangun," tambah Azman.
Korban Tewas 10 Orang
Azman Yunus menyatakan, pesawat Fokker 27 dengan nomor registrasi A2708 itu terbang dari Pangkalan Halim pada pukul 13.10 WIB. Pesawat itu, lanjut dia, kemudian mengudara di sekitar Pangkalan Halim.
Pesawat itu terbang selama 1,5 jam. Kemudian akan mendarat di Pangkalan Halim.
Namun, saat hendak mendarat kecelakaan itu terjadi. "Memang kita selalu rutin melakukan penerbangan untuk latihan ini," kata Azman saat berbincang denganVIVAnews.
Pesawat itu berisi tujuh penumpang. Terdiri dari pilot, co-pilot, siswa dan teknisi pesawat. "Jumlahnya tujuh orang," katanya.
Mereka adalah (pilot) Mayor Pnb Heri Setyawan, Kopilot Lettu Pnb Paulus Adim, Letda Pnb Syahroni, Kapten Teknik Agus SW, Serma Sihmulato, Serka Wahyudi dan Sertu Purwo.
Tiga korban tewas lainnya berasal dari warga. Mereka adalah Bryan (3 tahun) dan Melvin (1 tahun), keduanya adalah anak Mayor Johanes Andi Sosang. Juga seorang pembantunya.
Selain sepuluh orang korban tewas, sebanyak 12 lainnya mengalami luka dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat TNI AU Halim Perdana Kusumah. Dua orang masih di ICU karena terluka parah dan 10 orang lainnya mengalami luka ringan.
Salah satu korban luka parah adalah orangtua Mayor Johanes, yang bernama Martina. Hingga pukul 20.30 WIB, Martina masih menjalani perawatan intensif dengan kondisinya kritis.
Rumah Mayor Johanes adalah yang paling parah kondisinya karena langsung tertimpa badan pesawat. Sementara tujuh rumah lainnya terbakar akibat ledakan pesawat.
Mayor Johanes tak kuasa menahan tubuhnya setelah mengetahui anak dan orangtuanya tewas dalam kejadian itu. Dia juga belum mengetahui nasib istrinya yang dikabarkan masih berada di reruntuhan bangunan.
Tak lama sesudah ledakan pertama, ledakan kedua menyusul dilanjutkan ledakan ketiga yang lebih keras lagi. "Suara pesawat sebelum jatuh keras sekali. Soalnya pesawat terbang rendah banget," kata perempuan itu.
Senada dengan Ade, dia juga menyatakan sebelum jatuh, pesawat terlihat miring. "Seperti mau didaratkan ke sawah, tapi tidak sempat. Akhirnya jatuh ke permukiman," tuturnya.
Yohanes, warga yang rumahnya hanya sekitar 50 meter dari lokasi pesawat jatuh, menyatakan sebelum pesawat jatuh terdengar bunyi suara mesin yang sangat keras dan disusul suara ledakan. "Saya lari ke luar rumah dan mengejar sumber ledakan, ternyata pesawat sudah terbelah," kata Yohanes.
Bersama sejumlah warga lain, Yohanes lalu melakukan evakuasi terhadap korban yang rumahnya tertimpa badan pesawat. Saat itu rumah-rumah yang berada di lokasi kejadian langsung terbakar. Karena mesin pesawat terpental dan percikan avtur langsung menyulut rumah.
Asap hitam mengepul di lokasi kejadian. Sedikitnya 21 mobil pemadam kebakaran diterjunkan dengan dibantu warga sekitar untuk memadamkan api.
Badan pesawat terbelah dua. Bagian depan dan badan pesawat tersungkur hancur mencium tanah. Yang masih terlihat utuh hanya ekor pesawat yang menjulang ke atas.
Delapan Rumah Perwira Hancur
Dalam peristiwa mengerikan itu, sebanyak delapan rumah hancur akibat jatuhnya pesawat.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma Azman Yunus, delapan rumah itu adalah milik perwira TNI AU. Karena memang Komplek Rajawali merupakan komplek milik TNI AU. "Rumah yang rusak terletak di RT 11 RW 10 Branjangan 2 Komplek Rajawali," kata Azman.
Berikut nama perwira TNI AU yang rumahnya tertimpa pesawat:
1. Mayor Johanes Tandi Sosang
2. Letkol Sutarno
3. Rumah Letkol Kes Wiharwanto
4. Mayor Muchlisin
5. Mayor Kes Ali
6. Rumah Muhammad
7. Mayor Adm Grahadi
8. Letkol Azwar
Selain delapan rumah itu, ada juga bangunan aula RT yang turut rusak akibat insiden tersebut. "Aula itu baru dibangun," tambah Azman.
Korban Tewas 10 Orang
Azman Yunus menyatakan, pesawat Fokker 27 dengan nomor registrasi A2708 itu terbang dari Pangkalan Halim pada pukul 13.10 WIB. Pesawat itu, lanjut dia, kemudian mengudara di sekitar Pangkalan Halim.
Pesawat itu terbang selama 1,5 jam. Kemudian akan mendarat di Pangkalan Halim.
Namun, saat hendak mendarat kecelakaan itu terjadi. "Memang kita selalu rutin melakukan penerbangan untuk latihan ini," kata Azman saat berbincang denganVIVAnews.
Pesawat itu berisi tujuh penumpang. Terdiri dari pilot, co-pilot, siswa dan teknisi pesawat. "Jumlahnya tujuh orang," katanya.
Mereka adalah (pilot) Mayor Pnb Heri Setyawan, Kopilot Lettu Pnb Paulus Adim, Letda Pnb Syahroni, Kapten Teknik Agus SW, Serma Sihmulato, Serka Wahyudi dan Sertu Purwo.
Tiga korban tewas lainnya berasal dari warga. Mereka adalah Bryan (3 tahun) dan Melvin (1 tahun), keduanya adalah anak Mayor Johanes Andi Sosang. Juga seorang pembantunya.
Selain sepuluh orang korban tewas, sebanyak 12 lainnya mengalami luka dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat TNI AU Halim Perdana Kusumah. Dua orang masih di ICU karena terluka parah dan 10 orang lainnya mengalami luka ringan.
Salah satu korban luka parah adalah orangtua Mayor Johanes, yang bernama Martina. Hingga pukul 20.30 WIB, Martina masih menjalani perawatan intensif dengan kondisinya kritis.
Rumah Mayor Johanes adalah yang paling parah kondisinya karena langsung tertimpa badan pesawat. Sementara tujuh rumah lainnya terbakar akibat ledakan pesawat.
Mayor Johanes tak kuasa menahan tubuhnya setelah mengetahui anak dan orangtuanya tewas dalam kejadian itu. Dia juga belum mengetahui nasib istrinya yang dikabarkan masih berada di reruntuhan bangunan.
"Dia syok, pingsan, sekarang masih dirawat," kata kerabat Mayor Johanes, Yanti di rumah sakit.
Penyebab Belum Diketahui
TNI Angkatan Udara hingga saat ini belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat.
"Belum bisa dipastikan apa penyebab jatuhnya pesawat. Nanti akan kami berikan penjelasan lebih lanjutnya," ujar Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Kolonel Penerbang Agung Sasongko Jati.
Menurutnya, saat kejadian adalah penerbangan kedua yang dilakukan pesawat Fokker 27. Sebelumnya, pesawat yang mulai dioperasikan TNI AU sejak 1977 itu telah melakukan latihan di sekitar Lanud Halim pada pagi harinya.
Dia memastikan sebelum terbang, pesawat dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah teknis. "Kami selalu mengecek rutin sebelum terbang. Tidak ada masalah pada bagian komponen pesawat," katanya.
Agung menegaskan pesawat saat berkomunikasi dengan menara kontrol dalam kondisi normal dan tidak mengalami gangguan. "Komunikasi dengan tower normal, minta take off dan landing," tambah Agung.
"Pesawat memang tengah berlatih rutin di sekitar Halim. Biasanya pilot melakukan landing dan take-off. Sesuai standar latihan yang kami lakukan," tambahnya.
Bahkan, katanya, pesawat yang sudah memiliki 14.800 jam terbang ini sering digunakan untuk mengangkut pejabat dan personel TNI Angkatan Udara.
Kendati begitu, dia menegaskan, pihaknya pasti akan melakukan penyelidikan terkait jatuhnya pesawat. Mengenai black box atau kotak hitam, Agung menyatakan, pihaknya sudah berhasil mengamankannya.
"Saya kira black box-nya sudah diamankan dan bangkai pesawat akan dievakuasi besok setelah pendataan kecelakaan ini selesai," katanya.
Umur Pesawat 37 Tahun
Fokker 27 dibuat tahun 1975. TNI AU mulai menggunakannya sejak tahun 1977. Namun pihak TNI AU menegaskan, pesawat Fokker 27 masih layak terbang.
"Kondisinya normal, tidak ada kejadian mencurigakan. Pesawat itu bukan berdasarkan usianya, tapi jam terbang. Perawatannya juga bagus," ujar Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Kolonel Penerbang Agung Sasongko Jati.
Fokker 27 biasa digunakan untuk mengangkut barang dan perlengkapan milik TNI dengan jangka penerbangan pendek. Memiliki berat kosong 4.115 Kg dan berat maksimum 7.450 Kg, pesawat ini hanya bisa mengangkut penumpang 40 orang dengan awak 6 orang. Daya angkutnya maksimal 20.410 Kg.
Tinggi pesawat adalah 27 6,31 meter, panjang badan 15,154 meter dan rentang sayap 19 meter. Pesawat ini menggunakan motor 2 EA Rolls Royce Dart MK 536-7R.
Dengan usianya yang sudah 37 tahun, Fokker 27 memang sudah seharusnya mengalami peremajaan. Peremajaan pesawat sudah pernah dilakukan menyusul pabrikan Foker tutup operasi sehingga TNI mengalami kesulitan dalam perawatan dan pemeliharaanya. Namun belum terealisasi.
Rencananya, pesawat Fokker 27 akan digantikan dengan pesawat CN 295 buatan Spanyol. "Kalau tidak ada hambatan sebagian penggantinya akan datang nanti pada bulan Oktober 2012," kata Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanudin. (sj
)
Penyebab Belum Diketahui
TNI Angkatan Udara hingga saat ini belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat.
"Belum bisa dipastikan apa penyebab jatuhnya pesawat. Nanti akan kami berikan penjelasan lebih lanjutnya," ujar Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Kolonel Penerbang Agung Sasongko Jati.
Menurutnya, saat kejadian adalah penerbangan kedua yang dilakukan pesawat Fokker 27. Sebelumnya, pesawat yang mulai dioperasikan TNI AU sejak 1977 itu telah melakukan latihan di sekitar Lanud Halim pada pagi harinya.
Dia memastikan sebelum terbang, pesawat dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah teknis. "Kami selalu mengecek rutin sebelum terbang. Tidak ada masalah pada bagian komponen pesawat," katanya.
Agung menegaskan pesawat saat berkomunikasi dengan menara kontrol dalam kondisi normal dan tidak mengalami gangguan. "Komunikasi dengan tower normal, minta take off dan landing," tambah Agung.
"Pesawat memang tengah berlatih rutin di sekitar Halim. Biasanya pilot melakukan landing dan take-off. Sesuai standar latihan yang kami lakukan," tambahnya.
Bahkan, katanya, pesawat yang sudah memiliki 14.800 jam terbang ini sering digunakan untuk mengangkut pejabat dan personel TNI Angkatan Udara.
Kendati begitu, dia menegaskan, pihaknya pasti akan melakukan penyelidikan terkait jatuhnya pesawat. Mengenai black box atau kotak hitam, Agung menyatakan, pihaknya sudah berhasil mengamankannya.
"Saya kira black box-nya sudah diamankan dan bangkai pesawat akan dievakuasi besok setelah pendataan kecelakaan ini selesai," katanya.
Umur Pesawat 37 Tahun
Fokker 27 dibuat tahun 1975. TNI AU mulai menggunakannya sejak tahun 1977. Namun pihak TNI AU menegaskan, pesawat Fokker 27 masih layak terbang.
"Kondisinya normal, tidak ada kejadian mencurigakan. Pesawat itu bukan berdasarkan usianya, tapi jam terbang. Perawatannya juga bagus," ujar Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Kolonel Penerbang Agung Sasongko Jati.
Fokker 27 biasa digunakan untuk mengangkut barang dan perlengkapan milik TNI dengan jangka penerbangan pendek. Memiliki berat kosong 4.115 Kg dan berat maksimum 7.450 Kg, pesawat ini hanya bisa mengangkut penumpang 40 orang dengan awak 6 orang. Daya angkutnya maksimal 20.410 Kg.
Tinggi pesawat adalah 27 6,31 meter, panjang badan 15,154 meter dan rentang sayap 19 meter. Pesawat ini menggunakan motor 2 EA Rolls Royce Dart MK 536-7R.
Dengan usianya yang sudah 37 tahun, Fokker 27 memang sudah seharusnya mengalami peremajaan. Peremajaan pesawat sudah pernah dilakukan menyusul pabrikan Foker tutup operasi sehingga TNI mengalami kesulitan dalam perawatan dan pemeliharaanya. Namun belum terealisasi.
Rencananya, pesawat Fokker 27 akan digantikan dengan pesawat CN 295 buatan Spanyol. "Kalau tidak ada hambatan sebagian penggantinya akan datang nanti pada bulan Oktober 2012," kata Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanudin. (sj
)
• LuckyDelapan News
0 comments:
Post a Comment