• LuckyDelapan News
• LuckyDelapan News
Tim arkeologi mulai melakukan ekskavasi di situs ribuan tahun itu.
VIVAnews - Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang kembali melakukan penelitian di situs megalitik yang berasal dari ribuan tahun silam ini. Dalam penelitian ini, tim arkeologi mulai melakukan ekskavasi atau penggalian arkeologi untuk menyingkap misteri Gunung Padang, terutama untuk mengetahui sistem pembuatan bangunan yang berasal dari masa prasejarah itu.
Ekskavasi Gunung Padang dilakukan sejak Sabtu hingga Minggu, 23-24 Juni 2012, dengan fokus kawasan timur punden berundak di gunung itu. Menurut koordinator tim, Ali Akbar, sebelum melakukan ekskavasi arkeolog terlebih dahulu melakukan survei permukaan.
Berdasarkan survei ini tim menemukan batu tegak yang diduga mengarah ke pintu masuk punden berundak Gunung Padang. "Ditemukan seperti ada garis tegak horizontal yang berjumlah tiga garis," kata Ali Akbar.
Selain itu, ditemukan pula sejumlah batuan bersudut. Bentuknya yang memiliki konstruksi melengkung memunculkan dugaan bahwa batu ini merupakan hasil modifikasi manusia.
Setelah melakukan survei permukaan, tim arkeologi pun melakukan ekskavasi dengan membuka dua kotak gali berukuran 2 x 2 meter di kedalaman 1 meter. "Itu test pit," ucap Ali Akbar. Test pit merupakan fase awal ekskavasi, yang biasanya dilakukan untuk melihat stratifikasi tanah di dalamnya, sebelum membuka kotak ekskavasi yang lebih besar.
Ekskavasi Gunung Padang dilakukan sejak Sabtu hingga Minggu, 23-24 Juni 2012, dengan fokus kawasan timur punden berundak di gunung itu. Menurut koordinator tim, Ali Akbar, sebelum melakukan ekskavasi arkeolog terlebih dahulu melakukan survei permukaan.
Berdasarkan survei ini tim menemukan batu tegak yang diduga mengarah ke pintu masuk punden berundak Gunung Padang. "Ditemukan seperti ada garis tegak horizontal yang berjumlah tiga garis," kata Ali Akbar.
Selain itu, ditemukan pula sejumlah batuan bersudut. Bentuknya yang memiliki konstruksi melengkung memunculkan dugaan bahwa batu ini merupakan hasil modifikasi manusia.
Setelah melakukan survei permukaan, tim arkeologi pun melakukan ekskavasi dengan membuka dua kotak gali berukuran 2 x 2 meter di kedalaman 1 meter. "Itu test pit," ucap Ali Akbar. Test pit merupakan fase awal ekskavasi, yang biasanya dilakukan untuk melihat stratifikasi tanah di dalamnya, sebelum membuka kotak ekskavasi yang lebih besar.
Ruangan terkubur
Saat tim geologi melakukan uji geolistrik dan georadar di Gunung Padang, tim menemukan anomali permukaan tanah yang diduga adalah gerbang setinggi 19 meter, menuju sebuah ruangan atau chamber di perut gunung.
Dugaan adanya ruangan ini berawal saat tim geologi mengebor Gunung Padang. Dari pengeboran itu, diketahui terdapat lapisan tanah yang terdiri dari pasir halus. Menurut spekulasi sementara, pasir diduga berasal dari sungai yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi gunung pada saat ini.
Koordinator tim geologi, Dr. Danny Hilman Natawijaya, mengatakan pasir-pasir itu tidak mungkin masuk begitu saja ke dalam bangunan. "Ini membutuhakan bantuan, siapa yang memasukkan ini masih menjadi tanda tanya, karena ini bukan proses alami," katanya.
Asumsi itu jugalah yang ingin dibuktikan dengan melakukan ekskavasi dan penelitian arkeologi. Karena itu batu tegak bergaris yang ditemukan dianggap sebagai benda penting untuk menjawab misteri ruangan terkubur ini. Dugaan pun kemudian muncul, batu tegak itu mengarah ke rongga yang berada di perut situs Gunung Padang. Sebab, di teras bawah yang berjarak 50 meter dari lokasi yang sejajar dengan teras kelima, ditemukan pula batu tegak berciri sama.
Saat tim geologi melakukan uji geolistrik dan georadar di Gunung Padang, tim menemukan anomali permukaan tanah yang diduga adalah gerbang setinggi 19 meter, menuju sebuah ruangan atau chamber di perut gunung.
Dugaan adanya ruangan ini berawal saat tim geologi mengebor Gunung Padang. Dari pengeboran itu, diketahui terdapat lapisan tanah yang terdiri dari pasir halus. Menurut spekulasi sementara, pasir diduga berasal dari sungai yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi gunung pada saat ini.
Koordinator tim geologi, Dr. Danny Hilman Natawijaya, mengatakan pasir-pasir itu tidak mungkin masuk begitu saja ke dalam bangunan. "Ini membutuhakan bantuan, siapa yang memasukkan ini masih menjadi tanda tanya, karena ini bukan proses alami," katanya.
Asumsi itu jugalah yang ingin dibuktikan dengan melakukan ekskavasi dan penelitian arkeologi. Karena itu batu tegak bergaris yang ditemukan dianggap sebagai benda penting untuk menjawab misteri ruangan terkubur ini. Dugaan pun kemudian muncul, batu tegak itu mengarah ke rongga yang berada di perut situs Gunung Padang. Sebab, di teras bawah yang berjarak 50 meter dari lokasi yang sejajar dengan teras kelima, ditemukan pula batu tegak berciri sama.
Dua batu dengan tinggi satu meter lebih dan diameter 40 cm ini berdiri sejajar dengan jarak sekitar dua meter. Ada garis yang sama di kedua batuan, yang memperlihatkan batu ini seperti batu bergaris yang ditemukan di teras di atasnya.
"Meskipun sudah roboh, namun ini menjadi salah satu kunci utama teka-teki,” kata arkeolog Ali Akbar.
Batu berdiri ini diperkirakan sebagai pintu masuk dengan tangga bersusun di bawahnya. Penemuan anak tangga pada punden berundak yang lebih kecil di sisi timur gunung diperkuat lagi dengan temuan mata air.
“Kami menemukan mata air yang berjarak sekitar 200 meter ke bawah. Letaknya sejajar dengan tangga. Ini memperkuat dugaan bahwa bagian ini menjadi kesatuan dengan struktur dan konstruksi Gunung Padang. Mata air mempertegas alur religi masyarakat purba terdahulu yang mengarah pada pemujaan di Gunung Padang,” kata arkeolog Universitas Indonesia itu.
Meski begitu, tim arkeologi masih belum mengetahui fungsi batu tegak tersebut. "Itu juga belum tentu menhir, sebab menhir digunakan dalam pemujaan," ucapnya.
Harta karun?
Sebelum ekskavasi dilakukan, beredar rumor bahwa tim peneliti juga berupaya menemukan harta karun yang terpendam di ruangan terkubur tersebut. Tapi kabar ini langsung dibantah Danny Hilman. “Tim melakukan riset bukan untuk mencari harta karun berupa logam mulia seperti kabar yang selama ini beredar,” dia menjelaskan.
Danny menjelaskan, "harta karun" yang sekarang sedang diteliti tak lain adalah pembuktian dari berbagai asumsi ilmiah di seputar temuan misterius ini. Tim mencari artefak dalam bentuk apa pun yang bisa menjelaskan mengenai situs megalitikum di Gunung Padang ini. “Ini 'harta karun' yang sesungguhnya, di mana kami akan memberi catatan baru pada ilmu pengetahuan,” ungkapnya.
Untuk sementara, tujuan keilmuan itu sudah cukup tercapai. Misalnya, tim arkeologi berhasil mengungkap luas kawasan punden berundak Gunung Padang, yang diduga 10 kali lebih luas dari Borobudur.
Dugaan ini berdasarkan temuan lebih dari 20 struktur terasering yang menjadi bagian dari konstruksi Gunung Padang. "Terasering ini cukup tersusun rapi, diperkirakan terus memanjang hingga 200 meter lebih dari konstruksi punden berundak," kata Ali Akbar.
Meski begitu, tim geologi belum satu pandangan dengan tim arkeologi soal usia Gunung Padang. Berdasarkan uji karbon Badan Tenaga Atom Nasional, dari pengeboran yang dilakukan, tim geologi menduga situs ini berasal dari 10.000 SM.
Sedangkan tim arkeologi menaksir Gunung Padang dibangun pada 2.500 SM. Temuan guratan pada susunan batu yang rapi memperkuat asumsi para arkeolog bahwa Gunung Padang berasal dari kurun waktu ini.
"Referensi yang kami pakai ini berasal dari zaman neolitik, di mana catatan pada masa itu hampir mirip dengan kondisi temuan di kawasan situs Gunung Padang saat ini,” ujar Ali Akbar. (kd)
"Meskipun sudah roboh, namun ini menjadi salah satu kunci utama teka-teki,” kata arkeolog Ali Akbar.
Batu berdiri ini diperkirakan sebagai pintu masuk dengan tangga bersusun di bawahnya. Penemuan anak tangga pada punden berundak yang lebih kecil di sisi timur gunung diperkuat lagi dengan temuan mata air.
“Kami menemukan mata air yang berjarak sekitar 200 meter ke bawah. Letaknya sejajar dengan tangga. Ini memperkuat dugaan bahwa bagian ini menjadi kesatuan dengan struktur dan konstruksi Gunung Padang. Mata air mempertegas alur religi masyarakat purba terdahulu yang mengarah pada pemujaan di Gunung Padang,” kata arkeolog Universitas Indonesia itu.
Meski begitu, tim arkeologi masih belum mengetahui fungsi batu tegak tersebut. "Itu juga belum tentu menhir, sebab menhir digunakan dalam pemujaan," ucapnya.
Harta karun?
Sebelum ekskavasi dilakukan, beredar rumor bahwa tim peneliti juga berupaya menemukan harta karun yang terpendam di ruangan terkubur tersebut. Tapi kabar ini langsung dibantah Danny Hilman. “Tim melakukan riset bukan untuk mencari harta karun berupa logam mulia seperti kabar yang selama ini beredar,” dia menjelaskan.
Danny menjelaskan, "harta karun" yang sekarang sedang diteliti tak lain adalah pembuktian dari berbagai asumsi ilmiah di seputar temuan misterius ini. Tim mencari artefak dalam bentuk apa pun yang bisa menjelaskan mengenai situs megalitikum di Gunung Padang ini. “Ini 'harta karun' yang sesungguhnya, di mana kami akan memberi catatan baru pada ilmu pengetahuan,” ungkapnya.
Untuk sementara, tujuan keilmuan itu sudah cukup tercapai. Misalnya, tim arkeologi berhasil mengungkap luas kawasan punden berundak Gunung Padang, yang diduga 10 kali lebih luas dari Borobudur.
Dugaan ini berdasarkan temuan lebih dari 20 struktur terasering yang menjadi bagian dari konstruksi Gunung Padang. "Terasering ini cukup tersusun rapi, diperkirakan terus memanjang hingga 200 meter lebih dari konstruksi punden berundak," kata Ali Akbar.
Meski begitu, tim geologi belum satu pandangan dengan tim arkeologi soal usia Gunung Padang. Berdasarkan uji karbon Badan Tenaga Atom Nasional, dari pengeboran yang dilakukan, tim geologi menduga situs ini berasal dari 10.000 SM.
Sedangkan tim arkeologi menaksir Gunung Padang dibangun pada 2.500 SM. Temuan guratan pada susunan batu yang rapi memperkuat asumsi para arkeolog bahwa Gunung Padang berasal dari kurun waktu ini.
"Referensi yang kami pakai ini berasal dari zaman neolitik, di mana catatan pada masa itu hampir mirip dengan kondisi temuan di kawasan situs Gunung Padang saat ini,” ujar Ali Akbar. (kd)
• LuckyDelapan News