Hacker Anonymous Lancarkan Serangan ke Pendukung Israel
VIVAnews – Serangan militer Israel ke Gaza, Palestina, menuai banyak kecaman dari sekujur bumi. Simpati dunia ke warga Palestina meningkat, ketika menyaksikan banyak warga sipil, terutama anak-anak, tewas dalam serangan itu.
Di tengah roket dan rudal yang berkelebatan di langit Gaza itu, bahkan ada perang lain berlangsung senyap, tapi “menghancurkan”. Sekelompok peretas (hacker) kondang di dunia internet, di bawah bendera Anonymous, menyatakan perang terbuka terhadap Israel di dunia maya.
Seperti diberitakan CNN, sejak pekan lalu, Anonymous dan sekutunya, melancarkan 60 juta serangan siber ke berbagai fasilitas dan jaringan internet Israel. Mereka melumpuhkan sejumlah situs pemerintah Israel. Tak hanya itu, password email ribuan warga Israel dibocorkan ke publik. Alasannya, negara Yahudi itu telah melakukan "aksi barbar, brutal dan tidak termaafkan" kepada warga Palestina.
Para peretas itu beraksi bak gerilyawan di dunia maya. Anonymous, misalnya, dilaporkan membobol sekitar 650 situs Israel. Antara lain, Jerusalem Bank dan Kementerian Luar Negeri Israel, pada Jumat pekan lalu. Dua situs penting ini lumpuh beberapa jenak. Tentu, akibat ulah para peretas itu, aparat di Israel jadi repot berat.
Lazimnya operasi tempur, serangan itu juga memakai kode operasi: #OpIsrael. "Mereka melumpuhkan situs-situs, menghapus database, dan membocorkan alamat email dan password," tulis Casey Chan, ahli IT di situs Gizmodo.
Anonymous mengklaim telah membocorkan informasi pribadi 3.000 individu. Mereka adalah para donatur untuk organisasi pro Israel, Unity Coalition for Israel. Alamat rumah, nomor telepon, dan alamat email mereka dibocorkan ke situs Pastebin. Pekan lalu, laman internet ini sulit diakses karena banjir pengunjung.
Sejumlah nama penting tercatat di bocoran itu. Salah satunya adalah Senator AS dari Hawaii, Daniel Inouye, yang melawan Nazi saat Perang Dunia II. Inouye dikenal sebagai politisi yang akrab dengan Israel. Nama senator lain pun masuk daftar. Misalnya, Spencer Abraham, Christopher Bond, John Breaux, Alfonse D'Amato, dan Rod Grams. Ada pula nama tokoh penting di pemerintahan, dan LSM kondang.
Gaya tempur Anonymous, menurut situs TheNextWeb, kali ini tak seperti biasanya. Lazimnya, mereka melakukan denial of service (DoS), dengan “meledakkan” kiriman bom data ke situs sasaran sampai lumpuh. Tapi, saat ini, kelompok hacker ini lebih senang melancarkan “deface”, alias mengubah tampilan situs di Israel.
Akun Wakil PM Israel jebol
Sejumlah situs besar tak luput dari serangan. Situs milik Microsoft seperti Bing, MSN dan Skype, juga dihajar. Ahad lalu, Algemeneir.com menuliskan, para pengguna internet di Israel mendapatkan pesan anti zionis saat membuka situs Bing. "November 2012 akan menjadi bulan tak terlupakan oleh Angkatan Bersenjata Israel dan pasukan keamanan internetnya. Pemerintah Israel, ini adalah perang siber," tulis Anonymous di akun Twitternya.
Celakalah Israel, Anonymous rupanya tak sendiri. Sekutunya juga tak kalah berbahaya. Dikenal dengan nama “zCompany Hacking Crew” (ZHC), kelompok peretas satu ini menghajar akun sosial media milik Wakil Perdana Menteri Israel Silvan Shalom, Rabu 21 November 2012. “Mereka menembus akses akun Twitter, Facebook, dan Youtube milik Silvan Shalom”, tulis situs pemantau peretas, EHackingNews .
Tadinya banyak yang menduga aksi itu ulah dari Anonymous. Tapi, ZHC segera bereaksi, dan mengatakan mereka bukan bagian dari Anonymous, meskipun mendukung #OpIsrael. ZHC adalah kumpulan para hackers dari seluruh dunia, dengan satu dasar perjuangan yang sama, yang mereka sebut “melawan ketidakadilan dan penindasan”. “Kami tak menyerang tanpa alasan kuat,” ujar ZHC.
Serangan mereka ke akun pribadi Silvan Shalom karena Wakil Perdana Menteri Israel itu mengancam akan meledakkan Gaza. Pernyataan itu membuat geram ZHC. Mereka lalu bersimpati pada warga Gaza. “Gaza tak hanya di Palestina, kami semua adalah Gaza”, tulis ZHC. Semua nomor telepon dan kontak email milik Shalom dibuka ke publik. Termasuk alamat email, dan screenshots email pribadi si perdana menteri.
Para hacker dari Pakistan juga turut andil dalam perang siber ini. Mereka menghajar situs MSN dan Groupon. Mereka mengaku dari kelompok "Pakistani L33t." Dalam situs yang mereka bocorkan itu, mereka menulis pesan ancaman bagi Israel. "Apa yang kalian dapat dari perang ini hanyalah kehancuran dan kesengsaraan hidup! Kalian membuat generasi di Palestina lebih kuat dan lebih kokoh," tulis mereka.
Pemerintah Israel mencatat jaringan dan situs mereka diserang lebih dari 60 juta kali. Tapi Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz mengatakan serangan itu banyak yang sukses ditangkis oleh sistem pertahanan siber Israel.
Betapapun, inilah pertama kali Israel dihujani begitu banyak serangan siber. "Jika terjadi serangan seperti ini, sistem akan menjadi panas. Karena itu, mempertahankan sistem komputer pemerintah tidak bisa ditawar lagi," kata Carmela Avner, kepala bagian informasi pemerintah Israel.
“Brigade” media sosial
Israel mengatakan perang mereka kini tak hanya di darat, atau secara fisik. Perang urat syaraf juga dilancarkan melalui situs media sosial. "Sekarang perang dilakukan di tiga medan. Medan fisik, media sosial, dan perang melawan serangan siber," kata Avner.
Untuk perang di media sosial, Israel membentuk semacam “brigade”.
Sejumlah pemuda berusia duapuluhan tahun direkrut, dan selama dua bulan terakhir, mereka aktif menyebarkan propaganda anti Hamas di Facebook dan Twitter. Saat Israel membunuh Komandan Tinggi Hamas Ahmed Jabari, mereka memakai alat ini untuk mengumumkannya.
Divisi media sosial ini memang digarap serius sebagai bagian pertempuran. Juru bicara militer Israel Letkol Avital Leibovich mengatakan divisi itu diisi oleh 30 tentara yang dilatih menulis di Twitter, dan juga desain grafis.
Israel juga menggunakan Youtube untuk menyebarkan teror. Di situs ini, misalnya, para serdadu Israel itu mengunggah video sepuluh sekon dari serangan udara yang menewaskan Jabari. Youtube awalnya menarik video itu dari situs mereka. Tapi, setelah menimbang ulang, video itu ditayangkan kembali. Alasannya, ia tak melanggar norma, dan tak pula ada unsur sadis.
Di Twitter, para serdadu Israel juga mengancam Hamas. Mereka menyerukan para laskar dan tokoh Hamas agar “tidak menunjukkan wajah mereka di permukaan untuk beberapa hari ke depan". Gara-gara sesumbar itu, akun Twitter @IDFSpokesperson kebanjiran lebih 50.000 follower tambahan, hanya dalam tempo 24 jam. Akun ini melaporkan real time setiap aksi serangan, serta langkah Israel terhadap Gaza.
Tak mau kalah, para pejuang Hamas juga memakai model serupa. Salah satu faksi Hamas, Izzedine al-Qassam, membuat akun Twitter @AlqassamBrigade. Ia punya 40.000 follower. Perang tweet dua kubu pun meledak, dengan saling ancam dan hujat. (np)