LuckyDelapan News
Selama
bertahun-tahun banyak yang percaya jika bangsa Inca menyembunyikan
sejumlah harta mereka di suatu tempat, namun setelah sekian lama tidak
juga ditemukan, harta karun ini hanya dianggap sebagai mitos, benarkah
demikian?
Ada banyak kisah mengenai harta karun bangsa Inca, bahkan mitos mengenai kota Inca yang penuh dengan emas, perak, dan batu berharga lainnya begitu terkenal di kalangan pemburu harta.
Selain pemburu harta karun, banyak mahasiswa yang tertarik juga untuk menemukan tempat tersembunyi bangsa Inca ini karena mereka mendengar kabar bahwa penguasa Inca terakhir menyembunyikan harta di suatu tempat di Peru.
Sayangnya, sampai saat ini, tempat itu belum pernah ditemukan, namun tidak ada yang menyangkal juga jika kisah mengenai harta karun tersebut adalah mitos, mengapa?
Suku Inca hidup di daerah pegunungan yang sangat buruk untuk pertanian. Untuk mengatasi hal ini, biasanya bangsa Inca membuat lahan khusus di daerah lereng yang curam untuk menanam tanaman pokok mereka.
Mereka juga membuat sistem irigasi, sehingga tanaman mereka bisa bertahan. Berbeda dengan bangsa Maya dan Aztec, tanaman pokok bangsa Inca adalah kentang dan quinoa. Bangsa Inca juga merupakan bangsa pertama yang menanam dan memanen kentang.
Kedatangan Spanyol Di Peru 1526
Ada banyak kisah mengenai harta karun bangsa Inca, bahkan mitos mengenai kota Inca yang penuh dengan emas, perak, dan batu berharga lainnya begitu terkenal di kalangan pemburu harta.
Selain pemburu harta karun, banyak mahasiswa yang tertarik juga untuk menemukan tempat tersembunyi bangsa Inca ini karena mereka mendengar kabar bahwa penguasa Inca terakhir menyembunyikan harta di suatu tempat di Peru.
Sayangnya, sampai saat ini, tempat itu belum pernah ditemukan, namun tidak ada yang menyangkal juga jika kisah mengenai harta karun tersebut adalah mitos, mengapa?
Suku Inca hidup di daerah pegunungan yang sangat buruk untuk pertanian. Untuk mengatasi hal ini, biasanya bangsa Inca membuat lahan khusus di daerah lereng yang curam untuk menanam tanaman pokok mereka.
Mereka juga membuat sistem irigasi, sehingga tanaman mereka bisa bertahan. Berbeda dengan bangsa Maya dan Aztec, tanaman pokok bangsa Inca adalah kentang dan quinoa. Bangsa Inca juga merupakan bangsa pertama yang menanam dan memanen kentang.
Kedatangan Spanyol Di Peru 1526
Fransisco Pizzaro
Pada tahun 1526, bangsa Spanyol yang dipimpin oleh Fransisco Pizzaro mulai masuk ke wilayah Inca setelah menjelajahi lautan dari Panama.
Setelah sampai di wilayah Peru, mereka tahu jika daratan itu mengandung potensi dan kekayaan yang besar. Pada saat itu, Inca merupakan kerajaan yang kuat di tanah Amerika, namun hingga tahun 1527, kerajaan mereka dilanda wabah mematikan.
Wabah tersebut turut merenggut nyawa sang kaisar, Huayna Capac Inca dan penasehatnya, Nunan Cuyachi. Keadaan ini diperparah dengan perebutan kekuasaan antara Huascar dan Atahualpa yang tak lain adalah putra mahkota Huayna.
Akhirnya Huascar menjadi penguasa Inca dan Atahualpa mengambil alih komando pasukan kerajaan. Kedua kakak beradik ini terus berusaha untuk merebut kekuasaan yang dimiliki saudaranya.
Huayna Capac
Meskipun keadaan Inca telah melemah, Pizzaro tidak langsung melakukan agresi militer karena wabah yang masih melanda negeri itu, Pizzaro memutuskan untuk kembali ke Spanyol lagi.
Pada tahun 1532, Pizzaro bersama pasukannya telah menerima perintah dari Spanyol untuk menguasai wilayah Inca.
Saat mereka tiba di wiayah Inca, perang saudara tengah terjadi antara pasukan Huascar dengan pasukan Atahualpa.
Perang saudara dan wabah cacar yang melanda negeri itu telah membuat kerajaan Inca lemah, sehingga Pizzaro dapat menyusun rencana agresinya dengan lebih mudah.
Tak lama kemudian, Pizzaro berhasil menangkap Atahualpa, namun Atahualpa merencanakan sesuatu agar ia bisa bebas. Untuk tujuannya ini, Atahualpa menjanjikan kekayaan yang berlimpah untuk Pizzaro, dan ia benar-benar melakukannya.
Ia mengisi sebuah ruangan dengan emas, perhiasan, berlian, keramik, dan barang-barang berharga lainnya, ia juga mengisi satu ruangan khusus dengan perhiasan dari perak.
Pizzaro menerimanya, namun ia merencanakan sebuah skenario untuk Atahualpa. Ia menuduh Atahualpa telah merencanakan pembunuhan terhadap dirinya, dan untuk alasan itu, Atahualpa akhirnya dibunuh.
Lalu, bagaimana dengan nasib Huascar? Pizzaro berhasil mempengaruhi saudara Huascar yang bernama Manco untuk membunuh Huascar agar ia bisa menjadi penguasa Inca.
Kerajaan Inca yang telah runtuh membuat Manco berubah pikiran dan merencanakan balas dendam kepada para penjajah dari Spanyol itu.
Dengan kecerdasannya, ia mengatur rencana dan menjanjikan sebuah patung emas kepada Pizzaro jika ia mengijinkannya untuk pergi ke lembah Yucay, padahal saat itu Manco tengah ditahan oleh Pizzaro.
Karena tergiur oleh patung emas itu, Manco akhirnya dilepaskan. Beberapa hari kemudian, Manco berhasil mengumpulkan 100.000 pasukan dan langsung menyerang pasukan Spanyol.
Tak berapa lama kemudian, ia dan pasukannya berhasil mengusir para penjajah tersebut dari tanah Inca.
Namun kejayaan Manco tidak bertahan lama sampai akhirnya Spanyol mengirimkan lebih banyak pasukan dan berhasil menaklukkan Inca sepenuhnya.
Spanyol memang mendapatkan banyak perhiasan dan barang berharga lainnya dari bangsa Inca, namun mereka yakin jika bangsa Inca masih memiliki kekayaan yang jauh lebih besar dari yang mereka temukan di kerajaan itu.
Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apa motif dari pemburu harta karun yang mempercayai adanya harta karun bangsa Inca ini?
Bangsa Spanyol adalah bangsa pertama yang memperoleh emas, berlian, dan barang berharga lainnya dari bangsa Inca, namun mereka memperolehnya dengan cara merampas, merampok, dan menjajah negeri Inca.
Pizzaro tahu jika peradaban Inca telah ada puluhan hingga ratusan tahun sebelum invasi mereka ke Peru. Jadi, tidak ada alasan bagi bangsa Inca untuk menyembunyikan harta yang telah mereka kumpulkan sejak ratusan tahun yang lalu.
Peru dikenal sebagai wilayah yang memiliki banyak tambang emas dan perak, bahkan masih beroperasi hingga saat ini, hal ini menunjukkan bahwa dahulu kala wilayah ini memang kaya akan emas dan perak, sehingga tidak perlu diragukan lagi mengapa bangsa Inca memiliki artifak yang sebagian besar terbuat dari logam mulia.
Sampai saat ini, lebih dari 5.000 artifak bangsa Inca telah ditemukan dan menjadi rebutan antara pemerintah Peru dengan pihak Universitas Yale yang telah menemukan artifak tersebut, walaupun sebagian besar dari artifak tersebut terbuat dari perunggu, keramik, atau batu.
Namun, tidak sedikit juga artifak yang terbuat dari emas dan batu berharga ditemukan, dan nilainya saat ini diperkirakan mencapai jutaan Dollar.
Kota El Dorado yang legendaris itu juga diduga sebagai salah satu tempat harta karun bangsa Inca disimpan, namun kota yang tersembunyi itu belum ditemukan hingga hari ini.
Selain El Dorado, ada lagi sebuah tempat tersembunyi yang diduga menjadi tempat disimpannya harta karun bangsa Inca, yaitu kota Paititi. Paititi merupakan sebuah kota tersembunyi bangsa Inca, konon tidak semua bangsa Inca yang mengetahuinya.
Pintu Menuju Harta Karun Inca
Masalahnya adalah dimana pintu masuk menuju kota yang hilang itu? Para mahasiswa dan pemburu harta karun dibuat bingung dengan keberadaan pintu masuk ini karena tidak ada petunjuk sama sekali.
Namun, pada tahun 1909, seorang mahasiswa, pemburu harta karun, dan seorang petualang, Hiram Bingham menemukan reruntuhan kuno di wilayah Choqquequirau.
Dia menemukan reruntuhan kuno itu tersembunyi di hutan dekat wilayah Choqquequirau, namun setelah ia menjelajahi tempat itu, ia tidak yakin jika reruntuhan itu adalah pintu masuk menuju kota yang hilang.
Hiram Bingham
Meskipun gagal pada temuan pertama, ia tidak menyerah dan mengulang lagi pencariannya. Ketika dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang Indian bernama Melchor Anteaga.
Melchor menceritakan sebuah rahasia kepada Bingham, tentang sebuah reruntuhan kuno yang terletak 2.000 kaki diatas Urubamba.
Melchor bahkan memandu Bingham untuk sampai ke tempat itu. Sesampainya disana, ia melihat sebuah reruntuhan kuno dengan arsitektur yang indah, namun ia ragu jika reruntuhan itu adalah Vilcambamba, kota yang diduga menjadi pintu masuk menuju kota yang hilang.
Bingham juga dikenal sebagai penemu kota Macchu Pichu yang terkenal itu, dan berkat dia, kota yang terlupakan itu kini bisa dikenal oleh dunia.
Oh ya, tokoh Indiana Jones konon terinspirasi dari Bingham, bedanya Bingham bukanlah seorang arkeolog, namun ia suka berpetualang dan menjelajahi hutan.
Ok, Setelah penemuan reruntuhan kuno itu, kabar mengenai kota Vilcambamba mulai hilang dan dilupakan sampai pada tahun 1964.
Pada tahun itu, sekelompok petani yang hendak membuka lahan di sebuah hutan, menemukan reruntuhan kuno lainnya, dan mereka memberi nama tempat itu dengan sebutan Gran Pajaten.
Reruntuhan ini terletak di sebuah lahan yang cukup luas, karena setelah diteliti, ditemukan 3.000 bangunan.
Arsitekturnya pun cukup unik, karena terletak di ketinggian 9.500 kaki diatas permukaan laut dan semua reruntuhan dihubungkan dengan sebuah jalan. Di beberapa wilayah di reruntuhan ini, jalan tersebut dibuat lebih lebar dan berakhir ke dalam hutan.
Sebagian Harta Karun Suku Indian Inca
Pihak Amerika tertarik untuk meneliti tempat ini, dan puncaknya pada tahun 1965, Ekspedisi yang dipimpin oleh Jenderal Savoy menemukan sebuah kota yang hilang lainnya.
Kota ini luasnya mencapai 1 mil persegi, dan di pintu masuknya terdapat susunan batu dengan bentuk khas bangsa Inca.
Sayangnya, Jendral Savoy tidak menemukan petunjuk apapun mengenai kota Vilcambamba yang diduga kuat sebagai pintu masuk menuju kota El Dorado atau kota Paititi.
Dengan berakhirnya ekspedisi Jendral Savoy, keberadaan kota El Dorado, Paititi, Vilcambamba, dan Harta Karun bangsa Inca masih menjadi misteri.
Well, kisah diatas memang terdengar seperti kisah dalam film National Treasure, Tomb Raider, atau Indiana Jones, namun tidak dapat dipungkiri lagi, legenda mengenai kota emas El Doarado, kota Paititi, dan harta karun bangsa Inca begitu menarik bagi pemburu harta karun.
Dan mungkin saja suatu saat nanti harta karun bangsa Inca benar-benar ditemukan dan menjadi National Treasure pertama.
sumber
0 comments:
Post a Comment