Translate

11 Fakta Menarik Real Madrid Vs Barcelona

LuckyDelapan News


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJgzcwsaJ1YXCvNfhp1LPpsbmb7QhdPRy_xNhRCB9d7v6_r4xc7gjDWGmtvyMAdprafU19Yh4GjfqM6kW1qMcB4zMmpj2fJjfarFLjf6xU7gp_a7IrruFbDdD4KljSkLute_usxReBKLLf/s1600/real-madrid-barcelona-clasico.jpg 
Adrenalin akan berpacu kencang, badan berkeringat, tekanan darah naik ketika laga Real Madrid vs Barcelona dipentaskan. El Clasico kembali akan menyajikan laga penuh drama.

El Clasico jilid IV musim ini kembali akan digelar di 'Puri Si Putih', Santiago Bernabeu. Ajangnya, Liga Champions yang telah memasuki babak semifinal leg 1, dini hari WIB nanti. El Entrenador Real, Jose Mourinho akan kembali berjibaku strategi melawan Entrenador Barca, Pep Guardiola.

Sebelum menyaksikan duel dua klub raksasa Spanyol ini, ada baiknya menyimak beberapa fakta dan statistik menarik yang dihimpun Forza Futbol:

1. Real Madrid telah mencetak 12 gol di Liga Champions musim ini, sedangkan Barcelona 7 gol.

2. Ini menjadi pertemuan ketiga dua klub raksasa Negeri Matador ini di semifinal Liga Champions. Real Madrid memenangi dua duel sebelumnya pada 1960 dan 2002.

3. Kedua tim telah bersua enam kali di ajang antarklub Eropa. Real Madrid menang 3 kali, Barcelona menang 1 kali dan seri 2 kali.

4. Real Madrid menjadi tim dengan pertahanan terbaik bersama Manchester United dengan hanya kebobolan 3 gol dalam 10 laga Liga Champions musim ini.

5. Real Madrid memenang 12 laga dan hanya kalah 2 kali melawan klub-klub Spanyol di panggung Liga Champions. Kekalahan terakhir Madrid diderita dari Atletico Madrid 0-1 dan Barcelona 1-2 di musim 1960-1961.

6. Jika Real Madrid kembali memenangi Liga Champions, Jose Mourinho akan menjadi pelatih pertama dalam sejarah yang memenangi 3 kali trofi Liga Champions dengan tiga klub berbeda. Trofi sebelumnya diraih Mourinho bersama Porto dan Inter Milan.

7. Rekor Mourinho melawan Barcelona sebenarnya tak terlalu bagus dengan catatan kalah 4 kali dalam 10 laga serta menang hanya 3 kali.

8. Barcelona meluncur ke semifinal Liga Champions tiga kali dalam empat musim terakhir. Barca kalah dari Manchester United pada 2008, Inter Milan (tahun lalu) serta lolos dari hadangan Chelsea pada 2009 sebelum akhirnya menjadi juara.

9. Barcelona hanya menang 4 kali dari 18 laga semifinal Liga Champions.

10. Striker Barcelona, Lionel Messi telah mencetak 15 gol di 15 laga terakhir Liga Champions. Anehnya, Messi gagal mencetak gol dalam 6 laga semifinal dalam tiga musim terakhir.

11. Barcelona hanya mampu menang 3 kali dari 14 laga tandang terakhir Liga Champions


Sumber: http://www.jackbox.tk/2011/04/11-fakta-menarik-real-madrid-vs.html

Gelombang Radio Aurora Bantu Cari Planet Alien?

LuckyDelapan News

Emisi radio aurora dapat mendeteksi objek dalam radius 150 tahun cahaya. Karenanya, aurora menjadi alat baru yang bisa dimanfaatkan untuk mencari planet baru di orbit bintang lain.

Metode itu memungkinkan astronom mencari planet yang mengorbit sangat jauh dari bintang mereka dengan teknik pemanfaatan aurora.

"Aurora telah diamati di seluruh planet dalam tata surya kita. Aurora memiliki medan magnet dan atmosfer signifikan yang bisa digunakan untuk penelitian," ujar Jonathan Nichols, astronom di University of Leicester, Inggris.

Selain dapat dilihat, aurora di Bumi, Jupiter dan Saturunus mengeluarkan emisi radio berbeda. Nichols mengklaim bahwa teleskop radio raksasa di Bumio seharusnya bisa mendeteksi sinyal aorora yang muncul seperi planet Jupiter namun berjarak sekitar 150 tahun cahaya.

"Baru-baru ini, kami mengetahui bahwa teleskop radio ternyata cukup sensitif untuk mendeteksi sinyal alien di sekitar bintan lain," kata Nichols.

Berdasarkan model komputer yang digunakan tim Nichols, ilmuwan menemukan bahwa metode radio-aurora sangat berguna untuk menemukan planet baru berukuran seperti Jupiter yang mengorbit di bintang dengan panjang gelombang ultraviolet.

Gajah perang

LuckyDelapan News


 

Gajah perang adalah gajah yang digunakan untuk berperang dalam sejarah militer di banyak negara di dunia pada zaman dahulu. Kegunaan gajah perang adalah untuk kendaraan dalam perang serta untuk mematahkan barisan dan menginjak-injak musuh. Penggunaan gajah dalam perang pertama kali dilakukan di India, ketika gajah disediakan sebagai salah satu sayap dari empat sayap dalam militer India.
Penggunaan gajah perang kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan ke barat di daerah Mediterania. Pada masa Peradaban Hellenis, gajah digunakan oleh Diadokhoi untuk menangkis serangan kavaleri. Di barat, penggunaan gajah untuk perang yang paling terkenal adalah oleh Jenderal Pirros. Gajah perang dalam jumlah besar juga digunakan oleh pasukan Kartago, terutama di bawah kepemimpinan Hannibal.
Seiring perkembangan zaman, taktik perang yang semakin modern ikut menurunkan nilai ofensif gajah. Selain itu, gajah pun semakin sulit didapat. Penggunaan gajah dalam perang di India juga berakhir ketika meriam dipergunakan, gajah pun hanya digunakan sebagai tenaga pembantu.
Dalam semua perang yang memakai gajah, umumnya gajah jantan selalu digunakan karena sifatnya yang agresif.

Jenis gajah pertama yang dijinakkan adalah gajah Asia, yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian. Penjinakan gajah—bukan sepenuhnya domestikasi, karena gajah masih ditangkap di alam liar dan belum dibiakkan secara sengaja—kemungkinan dimulai di tempat-tempat berikut ini. Di India, sekitar tahun 2000 SM pada masa Peradaban Lembah Sungai Indus, gajah mulai dijinakkan.[2] Di Mesopotamia pada waktu yang kurang lebih sama, gajah juga diperkirakan mulai dijinakkan. Tempat lainnya adalah di Cina, tempat bukti-bukti arkeologis menunjukkan adanya gajah liar di lembah Sungai Kuning pada masa Dinasti Shang (1600-1100 SM). Ini memunculkan dugaan Cina sebagai tempat awal penjinakkan gajah.[3] Populasi gajah liar di Mesopotamia dan Cina berkurang secara drastis karena penebangan hutan dan meledaknya populasi manusia. Pada 850 SM, gajah Mesopotamia punah, dan pada 500 SM gajah Cina tinggal sedikit dan hanya terdapat di daerah selatan Sungai Kuning.
Menangkap gajah dari alam liar merupakan tugas yang sulit, namun cara ini diperlukan karena metode pembiakan memakan waktu yang lama untuk menghasilkan gajah dewasa yang siap tempur. Secara umum, gajah yang digunakan dalam perang adalah gajah jantan karena mereka lebih agresif. Selain itu, gajah betina dalam perang akan kabur dari gajah jantan, sehingga hanya gajah jantan yang dapat digunakan dalam perang, sedangkan gajah betina digunakan untuk keperluan logistik.[4]

[sunting] Abad kuno

[sunting] India

Tidak ada bukti pasti mengenai kapan persisnya gajah perang mulai digunakan. Himne religius Weda India terawal. Rigweda, bertahun antara akhir milenium kedua dan awal milenium pertama SM, menyebutkan tentang penggunaan gajah sebagai kendaraan—tepatnya dewa Indra yang mengendarai gajah putihnya, Airawata—namun tidak disebutkan mengenai penggunaan gajah dalam perang, dan lebih berfokus pada peran Indra dalam memimpin pasukan berkuda.[5] Sementara dalam kisah Mahabharata, yang berasal dari sekitar abad kedelapan SM dalam bentuk terawalnya, dan Ramayana, yang berasal dari sekitar abad keempat SM,[6] menyebutkan adanya gajah perang, mengindikasikan awal penggunaan gajah dalam perang.[7] Raja-raja India kuno sangat memandang tinggi fungsi gajah perang. Beberapa raja bahkan berpendapat bahwa pasukan tanpa gajah sama lemahnya dengan hutan tanpa singa, kerajaan tanpa raja, keberanian tanpa senjata.[8]
Ilustrasi mengenai gajah perang yang menyerang pasukan Aleksander yang Agung dalam Pertempuran Sungai Hydaspes.
Gajah perang dalam Pertempuran Gaugamela.

[sunting] Persia

Dari India, penggunaan gajah dalam militer menyebar ke barat ke Kekaisaran Persia. Di sana gajah perang digunakan dalam beberapa kampanye militer dan pada gilirannya ikut memengaruhi kampanye militer Aleksander yang Agung. Konfrontasi pertama antara pasukan Aleksander dan gajah perang Persia terjadi pada Pertempuran Gaugamela (331 SM) saat Persia mengerahkan lima belas gajah perang.[9] Gajah-gajah tersebut ditempatkan di bagian tengah barisan Persia dan cukup membuat pasukan Makedonia terkejut, sampai-sampai Aleksander merasa harus memberi kurban pada Dewa Rasa Takut pada malam sebelum pertempuran. Namun menurut beberapa sumber, gajah-gajah itu tidak banyak terlibat dalam pertempuran karena terlalu lelah setelah melakukan perjalanan panjang menuju medan pertempuran.[10] Aleksander menang secara meyakinkan di Gaugamela, namun dia sangat terpukau pada gajah perang Persia. Dia pun kemudian mengambil lima belas gajah perang tersebut dan memasukkannya ke dalam pasukannya dan jumlah itu bertambah ketika Aleksander menaklukan sisa wilayah Persia.

[sunting] Aleksander yang Agung

Ketika Aleksander yang Agung memasuki daerah India, dia sudah memiliki pasukan gajah perang di bawah komandonya sendiri. Di India, Aleksander harus menghadapi pasukan Raja Porus, yang berkuasa di daerah Punjab di Pakistan modern. Raja Porus mengerahkan antara 85 sampai 100 gajah perang[11][12] pada Pertempuran Sungai Hydaspes. Aleksander melawan dengan hanya mengerahkan pasukan infantri dan kavalerinya, yang pada akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Porus, termasuk pasukan gajahnya, meskipun korban juga berjatuhan di pihak Aleksander. Aleksander terus melaju ke timur sampai dia mengetahui bahwa raja-raja di Kekaisaran Nanda dan Gangaridai mampu mengerahkan antara 3.000 sampai 6.000 gajah perang. Jumlah ini jauh lebih besar daripada pasukan gajah yang dimiliki oleh pasukan Yunani ataupun Persia. Menghadapi kekuatan sebesar ini, pasukan Aleksander, yang jauh lebih sedikit, akhirnya memilih untuk menghentikan pergerakan mereka di India.[13] Sepulangnya dari India, Aleksander membentuk suatu pasukan gajah untuk menjaga istananya di Babilonia, dan membuat pos elephantarch untuk memimpin unit gajahnya.[10]
Eleazar Makkabeus membunuh seekor gajah perang dan diinjak oleh gajah tersebut (ilustrasi pada naskah Speculum Humanae Salvationis).

[sunting] Diadokhoi

Penggunaan gajah dalam perang terus menyebar. Para penerus kekaisaran Aleksander, yaitu para Diadokhoi, menggunakan ratusan gajah India dalam perang mereka. Penggunaan gajah perang oleh Diadokhoi yang paling terkenal adalah oleh Kekaisaran Seleukos, yang memperoleh gajah perangnya dari India. Perang antara Kekaisaran Seleukos dengan Chandragupta Maurya (Sandrokottos), pendiri Kekaisaran Maurya, pada 305 SM berakhir dengan penyerahan wilayah timur Seleukos yang cukup luas, yang ditukar dengan 500 ekor gajah perang India.[14] Jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan keseluruhan pasukan gajah Maurya, yang disebut-sebut mencapai 9.000 ekor gajah perang.[15] Seleukos menggunakan gajah perang mereka pada Pertempuran Ipsos empat tahun kemudian. Kekaisaran Seleukos juga menggunakan gajah perang untuk menghentikan Pemberontakan Makabim di Judea. Ketika itu, gajah-gajah perang berhasil membuat para prajurit Yahudi, yang menggunakan senjata yang lebih sederhana, ketakutan. Eleazar Makkabeus, pria termuda di antara Hasmonean bersaudara, berhasil membunuh seekor gajah perang dalam Pertempuran Beth Zakaria. Dia menusuk perut sang gajah dengan tombaknya sebelum akhirnya dia mati tertindih oleh badan gajah tersebut. Dia menyerang gajah tersebut karena secara salah mengira bahwa gajah itu mengangkut Antiokhos V, raja Seleukos.[16] Meskipun dia keliru dan akhirnya mati, tindakannya menjadi terkenal.

[sunting] Mediterania

Bangsa Mesir dan Kartago juga menggunakan gajah untuk perang, seperti yang dilakukan oleh bangsa Numidia dan Kush. Jenis gajah yang digunakan adalah gajah hutan Afrika Utara (Loxodonta africana pharaohensis), yang kelak punah akibat eksploitasi yang berlebihan.[17] Gajah jenis ini berukuran lebih kecil dibandingkan gajah yang digunakan oleh Kekaisaran Seleukos di daerah timur Mediterania, khususnya gajah dari Suriah (Elephas maximus asurus) yang tingginya mencapai 2,5-3,5 meter (8–10 kaki) sampai ke pundak. Ada kemungkinan bahwa beberapa gajah Suriah diperdagangkan ke daerah-daerah di sekitarnya. Pendapat ini didukung oleh bukti yang menunjukkan bahwa gajah favorit Hannibal dinamai Surus (dari Suriah) dan kemungkinan berasal dari Suriah. Meskipun begitu, bukti ini tidak terlalu meyakinkan.[18]
Sejak akhir 1940-an, beberapa sejarawan berpendapat bahwa gajah hutan Afrika yang digunakan oleh Numidia, Kartago, dan Mesir tidak membawa rengga (tempat duduk) atau menara kecil di punggungnya dalam pertempuran, mungkin karena fisiknya yang tidak sekuat gajah Asia.[19] Beberapa referensi mengenai keberadaan rengga pada gajah perang Afrika hanyalah penggambaran puitis dan anakronistis, namun beberapa sumber lainnya juga tidak bisa begitu saja diabaikan. Ada kesaksian kontemporer yang secara jelas menyebutkan bahwa pasukan Juba I dari Numidia menggunakan gajah yang berengga pada 46 SM.[20] Pendapat ini dididukung oleh gambar gajah Afrika berengga pada koin Juba II.[21] Rengga juga diceritakan ada pada pasukan Ptolemaios dari Mesir. Polybius melaporkan bahwa dalam Pertempuran Raphia pada 217 SM, gajah-gajah perang milik Ptolemaios IV membawa rengga; gajah-gajah ini jauh lebih kecil daripada gajah Asia yang digunakan oleh Kekaisaran Seleukos dan kemungkinan juga gajah hutan Afrika.[22] Juga ada bukti bahwa gajah perang Kartago dilengkapi dengan rengga atau menara kecil untuk keperluan militer tertentu.[23].
Di daerah selatan, suku-suku tertentu memiliki akses terhadap gajah Sabana Afrika (Loxodonta africana oxyotis). Gajah jenis ini berukuran lebih besar dibandingkan gajah hutan Afrika atau gajah Asia, namun hewan ini sukar dijinakkan dan karena itu tidak banyak digunakan dalam perang. Ukuran tidak selalu menjadi faktor yang menentukan. Contohnya, gajah yang digunakan oleh Mesir dalam Pertempuran Raphia pada 217 SM lebih kecil daripada gajah Asia milik lawan mereka, Antiokhos III yang Agung dari Suriah. Namun, pada akhirnya pasukan Mesirlah yang berhasil menang. Beberapa gajah Asia diperdagangkan ke barat, tepatnya ke pasar Mediterania; Plinius Tua menyebutkan bahwa gajah Sri Lanka, misalnya, lebih besar, lebih galak, dan dengan demikian lebih baik dalam perang jika dibandingkan gajah lokal. Keunggulan ini, serta dekatnya pasokan ke pelabuhan, membuat gajah Sri Lanka menjadi komoditas perdagangan yang menguntungkan.[24]
Meskipun penggunaan gajah perang di Mediterania paling sering dihubungan dengan perang antara Kartago dan Romawi, namun gajah perang pertama kali diperkenalkan ke Mediterania oleh salah satu kerajaan di Yunani, yaitu Epiros. Raja Pirros dari Epiros membawa serta dua puluh ekor gajah untuk menyerang Romawi dalam Pertempuran Herakleia pada 280 SM. Dia meninggalkan lima puluh ekor gajah lainnya, yang dipinjam dari Firaun Ptolemaios II, di daratan utama Yunani. Ketika itu pasukan Romawi tidak siap menghadapi pasukan gajah dan pasukan Yunani sukses mengalahkan mereka. Setahun kemudian, Yunani kembali mengerahkan pasukan gajah untuk menghadapi Romawi dalam Pertempuran Asculum. Kali ini pasukan Romawi sudah bersiap-siap dengan menggunakan api serta senjata antigajah, yaitu kereta perang yang ditarik kerbau dan dilengkapi dengan tombak panjang untuk melukai gajah dan api untuk menakuti gajah serta dikawal oleh pasukan bersenjata tombak untuk mengusir gajah. Serangan terakhir gajah Yunani pada akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Romawi lagi. Namun, meskipun menang, Pirros menderita kerugian yang sangat besar, sampai-sampai dia berkata bahwa walaupun sekali lagi dia menang, pasukannya tetap akan dihancurkan oleh Romawi. Ungkapan ini kemudian terkenal sebagai istilah yang disebut Kemenangan Piris.
Hannibals Elefanten auf Flößen (1890) oleh Henri Paul Motte, menggambarkan pasukan gajah Hannibal yang menyeberangi sungai dalam perjalanannya untuk menyerang Romawi.

[sunting] Kartago

Terilhami oleh kehebatan gajah perang, Kartago pun mulai menggunakan gajah perang secara besar-besaran pada Perang Punisia Pertama. Namun, hasilnya kurang memuaskan. Dalam Pertempuran Adys pada 255 SM, gajah perang Kartago menjadi kurang efektif karena medannya kurang menguntungkan. Sedangkan dalam Pertempuran Panormus pada 251 SM, pasukan Romawi berhasil menakut-nakuti gajah perang Kartago, sehingga hewan-hewan tersebut kabur dari medan tempur. Pada Perang Punisia Kedua, Hannibal memimpin pasukan gajah perang menyeberangi pegunungan Alpen, meskipun pada akhirnya sebagian besar gajah itu mati karena kondisi lingkungan di sana. Pasukan Romawi sendiri telah mengembangkan taktik anti-gajah perang, yang berujung pada kemenangan Romawi atas Hannibal dalam Pertempuran Zama pada 202 SM. Ketika itu gajah perang Hannibal menjadi tidak efektif karena begitu disiplinnya pasukan manipulus Romawi, yang membiarkan gajah perang Hannibal lewat begitu saja.

[sunting] Romawi

Pada akhir Perang Punisia, Romawi mengambil banyak gajah perang Kartago dan menggunakannya untuk keperluan militer mereka sendiri. Ketika menaklukan Yunani, Romawi mulai mengerahkan pasukan gajah perang, termasuk di antaranya pada Invasi Makedonia pada 199 SM, Pertempuran Kinoskefalai pada 197 SM,[25] pertempuran Thermopilai,[26] dan Pertempuran Magnesia pada 190 SM, saat lima puluh gajah perang Antiokhos III menghadapi enam belas gajah perang Romawi. Bertahun-tahun kemudian, Romawi mengerahkan dua puluh dua gajah perang dalam Pertempuran Pidna pada 168 SM.[27] Gajah perang juga digunakan oleh Romawi dalam kampanye militer melawan bangsa Keltiberia dan Galia. Yang paling terkenal adalah ketika Romawi menggunakan gajah perang dalam Invasi Britania. Satu penulis kuno menyebutkan bahwa "Caesar memiliki seekor gajah yang besar, yang dilengkapi dengan baju perang dan membawa menara kecil, yang ditempati oleh pemanah dan pelempar batu. Ketika hewan tak dikenal ini menyeberangi sungai, pasukan Briton dan kuda-kuda mereka kabur melarikan diri.'[28] Akan tetapi, dia mungkin salah membedakan gajah tersebut dengan gajah serupa yang digunakan pada penaklukan terakhir Britania oleh Claudius. Setidaknya satu kerangka gajah dengan senjata batu api ditemukan di Inggris dan awalnya dikira sebagai gajah Romawi, meskipun kemudian terbukti sebagai kerangka mammoth dari Zaman batu.[29]
Pada masa Claudius, penggunaan gajah perang mulai berkurang. Penggunaan terakhir gajah perang yang signifikan di Mediterania terjadi dalam Pertempuran Thapsus, 46 SM. Ketika itu Julius Caesar mempersenjatai legion kelimanya (Alaudae) dengan kapak dan dia memerintahkan pasukannya untuk menyerang kaki gajah perang yang dikerahkan oleh Romawi. Pasukan Caesar pun meraih kemenangan. Pertempuran Thapsus merupakan penggunaan terakhir gajah perang yang signifikan di Romawi.[30]
Ilustrasi Abad Pertengahan dari Armenia, menggambarkan gajah perang kekaisaran Sassaniyah dalam Pertempuran Vartanantz.

[sunting] Sassaniyah

Kekaisaran Parthia di Persia beberapa kali menggunakan gajah perang dalam perang melawan Kekaisaran Romawi. Sementara di Kekaisaran Sassaniyah, yang merupakan penerus Kekaisaran Parthia, gajah perang merupakan komponen militer yang penting.[31] Kekaisaran Sassaniyah mengerahkan gajah perang dalam kampanye-kampanye militer mereka melawan musuh-musuh di barat. Salah satu konflik yang terkenal adalah Pertempuran Vartanantz pada 451 M, saat gajah perang Sassaniyah berhasil menakut-nakuti pasukan Armenia. Contoh lainnya adalah Pertempuran al-Qādisiyyah pada 636 M, saat tiga puluh tiga gajah perang dikerahkan oleh Kekaisaran Sassaniyah untuk melawan pasukan Arab. Pasukan gajah Sassaniyah memegang keunggulan dibandingkan pasukan kavaleri Sassaniyah. Pasukan Sassaniyah memperoleh gajah dengan cara memasoknya dari India. Pasukan gajah perang Sassaniyah dipimpin oleh seorang pejabat yang disebut Zend−hapet, atau "Komandan India", entah karena gajahnya memang didapat dari India atau karena gajah-gajah itu diurus oleh orang Hindustan asli.[32] Pasukan gajah Sassaniyah tidak pernah sekuat pasukan gajah India dan setelah Kekaisaran Sassaniyah runtuh, penggunaan gajah perang di daerah ini juga berhenti.

[sunting] Timur Jauh

Di Cina, penggunaan gajah perang agak jarang dibandingkan dengan di lokasi lainnya.[33][34] Menurut catatan tertua yang pernah ditemukan, gajah perang digunakan pada 554 M, ketika Dinasti Wei Barat mengerahkan dua ekor gajah berbaju perang dari Lingnan ke medan tempur dengan dipandu oleh budak-budak Melayu dan dilengkapi dengan menara kayu serta pedang yang diikatkan ke belalai mereka.[33] Gajah-gajah itu berhasil dihalau oleh para pemanah.[33]
Dinasti Han pada abad kedua SM berperang dengan kerajaan Yue dari Asia Tenggara yang menggunakan gajah perang. Taktik yang digunakan untuk menghalau gajah-gajah perang tersebut di antaranya adalah dengan menggunakan api dan panah busur silang yang sangat banyak di samping menggali lubang dan parit yang diisi dengan tombak.
Di Asia Tenggara, di sepanjang perbatasan Vietnam modern, pasukan Champa mengerahkan sampai 602 ekor gajah perang melawan Dinasti Sui.[35] Pasukan Sui mengalahkan gajah-gajah perang itu dengan membuat perangkap berupa lubang-lubang, selain itu mereka juga menggunakan banyak busur silang.[35]

[sunting] Sri Lanka

Catatan sejarah Sri Lanka mengindikasikan penggunaan gajah sebagai kendaraan yang dinaiki oleh raja ketika sedang memimpin pasukan dalam pertempuran,[36] dan beberapa gajah tercatat dalam sejarah. Gajah Kandula merupakan kendaraan raja Dutugamunu, sedangkan Maha Pambata, "Batu Besar", adalah kendaraan raja Elara dalam pertempuran pada 200 SM.[37]

[sunting] Abad Pertengahan

Sebuah lukisan bergaya Romawi yang menggambarkan gajah perang. Spanyol, abad kesebelas Masehi.

[sunting] Eropa

Pada Abad Pertengahan, gajah perang jarang digunakan di Eropa. Karel yang Agung menggunakan gajahnya, yang bernama Abul-Abbas, ketika dia berperang dengan pasukan Denmark pada 804 Masehi.[38] Prajurit Perang Salib memberi kesempatan pada Kaisar Romawi Suci Frederick II untuk menangkap gajah di Tanah Suci. Gajah juga digunakan dalam penaklukan kota Cremona pada 1214. Akan tetapi, pada masa ini penggunaan gajah dalam perang lebih bersifat simbolis ketimbang praktis.

[sunting] Asia Tengah

Lebih jauh ke timur, gajah masih tetap digunakan dalam peperangan. Pasukan Mongol berhadapan dengan gajah perang di Khorazm, Burma, Vietnam dan India pada abad ke-13 M.[39] Meskipun mengalami kegagalan dalam invasi mereka ke Vietnam, dan India, pasukan Mongol berhasil mengalahkan gajah perang di luar Samarkand dengan menggunakan katapel dan mangonel, sedangkan di Burma, pasukan Mongol menghujani gajah perang dengan panah dari busur campur mereka yang terkenal.[40] Genghis Khan dan Kublai Khan sama-sama mengambil gajah perang yang mereka tangkap untuk kemudian dimasukkan ke dalam pasukan Mongol.[41] Satu abad kemudian, penakluk lainnya dari Asia Tengah, Timur Lenk juga menghadapi pasukan gajah perang. Pada 1398, pasukan Timur berhadapan dengan lebih dari seratus ekor gajah India dalam suatu pertempuran. Gajah-gajah tersebut memicu ketakutan pada pasukan Timur dan hampir menyebabkan pasukannya kalah. Timur akhirnya bisa menang dengan menerapkan strategi khusus. Dia mengikatkan jerami yang terbakar di punggung pasukan untanya. Asapnya membuat unta-untanya berlari dan membuat gajah-gajah musuh ketakutan. Gajah-gajah itu pun mencoba kabur dan malah menginjak-injak pasukan mereka sendiri. Catatan sejarah lainnya menceritakan bahwa Timur menggunakan galtrop berukuran besar untuk menghentikan pergerakan pasukan gajah musuh.[42] Di kemudian hari, para pemimpin Dinasti Timuriyah menggunakan gajah tangkapan untuk menghadapi pasukan Kesultanan Utsmaniyah.

[sunting] Sri Lanka

Raja Rajasinghe I mengerahkan pasukan gajah berjumlah 2.200 ekor gajah perang ketika dia mengepung benteng Portugis di Colombo, Sri Lanka pada 1558.[43] Rakyat Sri Lanka sendiri tetap meneruskan tradisi mereka dalam menangkap dan melatih gajah yang sudah dilakukan sejak masa kuno. Pejabat yang bertanggung jawab dalam hal penangkapan dan pengelolaan gajah disebut Gajanayake Nilame,[43] sedangkan pejabat yang disebut Kuruve Lekham bertugas mengatur Kuruwe atau prajurit penunggang gajah.[43] Sementara itu, pelatihan gajah perang merupakan tugas klan Kuruwe yang berada di bawah wewenang Muhandiram (pos administratif Sri Lanka) mereka sendiri.
Pasukan Kerajaan Khmer dengan gajah perangnya melawan pasukan Cham pada abad ke-12. Relief di kuil Bayon di Angkor, Kamboja.
"Pertempuran Besar Yuthahatthi" - Raja Siam, Naresuan, bertarung dengan putra mahkota Burma di dekat Suphanburi pada Janauri 1593. Patung di Muang Boraan, provinsi Samut Prakan, Thailand.

[sunting] Asia Tenggara

Di Asia Tenggara, Kerajaan Khmer berhasil menjadi kekuatan yang disegani pada abad kesembilan Masehi terutama berkat penggunaan gajah perang. Militer Khmer menempatkan busur-silang ganda di atas gajah perang mereka. Setelah jatuhnya kekuasaan Khmer pada abad kelima belas, kekuasaan penerusnya, yaitu Burma (kini Myanmar) dan Siam (kini Thailand), juga mengadopsi penggunaan gajah dalam peperangan. Dalam banyak pertempuran, para pemimpin pasukan biasanya bertarung di atas gajah perang mereka. Salah satu pertempuran yang terkenal adalah ketika pasukan Burma menyerang Kerajaan Ayutthaya di Siam. Puncak pertempuran tersebut terjadi ketika putra mahkota Burma, Minchit Sra, dibunuh oleh raja Siam, Naresuan, dalam pertarungan di atas gajah pada 1593.

[sunting] Cina

Bangsa Cina secara umum sangat jarang menggunakan gajah perang. Salah satu pengecualian terjadi pada abad ke-10, ketika Han Selatan menggunakan gajah ketika berperang. Karena itu Han Selatan disebut sebagai "satu-satunya bangsa di daratan Cina yang pernah menggunakan gajah sebagai bagian dari pasukan regulernya".[33] Anomali ini terjadi karena adanya kedekatan geografis dan kultural antara Han Selatan dengan Asia Tenggara.[33] Pejabat militer yang bertugas memimpin pasukan gajah disebut Wakil Digitan dan Agitan Gajah Raksasa.[44] Setiap gajah membawa menara kecil yang bisa menampung sepuluh prajurit atau lebih.[45] Selama beberapa waktu, gajah perang memainkan peranan penting dalam beberapa kemenangan Han Selatan, misalnya dalam invasi Chu pada 948 M.[45] Akan tetapi, pasukan gajah Han Selatan pada akhirnya dikalahkan secara telak di Shao pada 971 M. Ketika itu gajah perang Han Selatan diserang dengan busur silang api oleh pasukan Dinasti Song.[45] Setelah itu, penggunaan gajah perang di Cina mulai dihentikan."[45]

[sunting] Masa modern

Gajah Siam yang digunakan untuk mengangkut artileri ringan di Laos pada 1893
Dengan munculnya bubuk mesiu pada akhir abad ke-15, posisi gajah dalam perang pun mulai berubah. Senapan lontak tidak terlalu berpengaruh pada gajah yang mampu menahan banyak tembakan.[46] Namun, tembakan meriam adalah sesuatu yang sangat berbeda. Seekor gajah dapat dengan mudah dirobohkan hanya dengan satu tembakan meriam. Dengan gajah yang masih digunakan untuk membawa komandan dalam pertempuran, mereka menjadi target yang menggiurkan bagi artileri musuh.
Meskipun demikian, di Asia Tenggara, gajah perang masih terus digunakan sampai akhir abad kesembilan belas. Salah satu kesulitan utama di kawasan ini adalah keadaan medan geografisnya dan gajah bisa melewati daerah yang sulit dengan lebih mudah dibandingkan jika menggunakan kavaleri kuda. Tentara Siam memanfaatkan gajah perang yang dipersenjatai dengan jingal sampai Perang Perancis-Siam pada 1893, sedangkan Vietnam menggunakan gajah perang sampai sekitar tahun 1885, ketika terjadi Perang Sino-Perancis.
Selama Perang Dunia I, gajah digunakan untuk menarik pelengkapan berat. Gajah ini menarik amunisi di Sheffield.
Memasuki abad dua puluh, gajah yang tak dilatih bertempur digunakan untuk tujuan militer sampai Perang Dunia II,[47] terutama karena hewan ini mampu berjalan di daerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan modern.
Bagi banyak pasukan di negara-negara gagal, gajah kini lebih berharga untuk diambil gadingnya daripada fungsinya sebagai kendaraan. Ribuan gajah mati dalam perang saudara karena perburuan ilegal. Gajah digolongkan sebagai hewan pikul dalam manual lapangan Pasukan Khusus Amerika Serikat yang diterbitkan pada 2004, namun penggunaan gajah oleh personel Amerika Serikat tidak dianjurkan karena gajah merupakan spesies yang terancam punah.[48] Catatan terakhir mengenai penggunaan gajah dalam perang terjadi pada 1987 ketika Irak diduga menggunakan gajah untuk mengangkut persenjataan berat untuk digunakan di Kirkuk.

[sunting] Penggunaan taktis

Ada banyak tujuan mengapa gajah digunakan dalam perang. Gajah perang biasanya ditempatkan di tengah barisan, tempat mereka dimanfaatkan untuk menahan serangan musuh atau untuk melakukan serangan terhadap pasukan lawan. Ukurannya yang besar dan penampilannya yang menakutkan menjadikan gajah sebagai kavaleri berat yang cukup berguna.[49] Di luar medan tempur, gajah berguna untuk membawa perlengkapan perang yang berat sebelum akhirnya mereka digantikan oleh kendaraan bermesin yang lebih modern.
Serangan gajah bisa mencapai kecepatan sekitar 30 km/jam (20 mil/jam). Tidak seperti kavaleri kuda, gajah tidak dapat dihentikan dengan mudah oleh infantri. Serangan gajah dilakukan murni dengan kekuatan. Gajah menyerang barisan depan musuh dan menginjak-injak prajurit musuh sambil mengayun-ayunkan belalainya. Prajurit yang tak terinjak biasanya akan terlempar. Selain itu, gajah bisa memicu ketakutan pada pasukan yang tidak terbiasa bertempur melawan gajah, bahkan pasukan Romawi pun, yang terkenal disiplin, sempat terkejut menghadapi pasukan gajah. Teror yang disebabkan oleh gajah akan membuat barisan pertahanan musuh menjadi pecah dan buyar. Kuda yang tidak terbiasa dengan bau gajah juga bisa langsung panik jika berhadapan dengan pasukan gajah. Sementara itu, kulit yang tebal memberi perlindungan bagi gajah, sedangkan tinggi dan berat gajah memberi perlindungan bagi pengendaranya. Banyak gajah perang yang dilengkapi baju perang untuk memberi perlindungan yang lebih baik. Posisi dari atas gajah memberikan pandangan yang luas, karena itu banyak jenderal yang menaiki gajah untuk memperoleh pandangan yang lebih luas pada medan pertempuran.
Selain untuk penyerangan, gajah juga menyediakan tempat yang aman dan stabil bagi pemanah untuk menembakkan panahnya di medan pertempuran, yang dari sana bisa melihat dan menyerang lebih banyak target. Panah terus berkembang menjadi senjata yang lebih maju dan beberapa raja Khmer dan India menggunakan busur silang raksasa (mirip dengan ballista) untuk meluncurkan tombak panjang untuk membunuh kavaleri dan gajah perang musuh. Pada akhir abad keenam belas Masehi, kulverin dan jingal juga digunakan pada gajah.
Gajah perang juga dilengkapi dengan persenjataan mereka sendiri. Di Sri Lanka, rantai dengan bola besi diikatkan pada belalai gajah dan gajahnya juga dilatih untuk mengayunkan-ayunkan belalainya dengan keterampilan tertentu. Di berbagai tempat, dibuat bermacam-macam baju perang untuk gajah dengan tujuan untuk melindungi badan dan kaki gajah, sementara belalainya dibiarkan bebas supaya lebih mudah menyerang musuh. Gajah perang juga dapat mengangkut menara kecil di punggungnya, yang disebut rengga. Benda ini merupakan tempat bagi para prajurit di atas gajah dan bisa berfungsi pula sebagai perlindungan.
Pahatan yang menggambarkan gajah perang pada Perang Anglo-Sikh Pertama, diterbitkan oleh The Illustrated London News. Ketebalan kulit gajah melindunginya dari luka. Posisi pengendara di atas gajah memberikan pandangan yang luas namun ia adalah target yang kelihatan.
Dalam Perang Punisia, tiap gajah perang mengangkut beberapa orang pemanah serta beberapa prajurit yang membawa sarisa (tembiang sepanjang enam meter). Di daerah timur, gajah perang mengangkut banyak prajurit. Komandan senior berada di atas rengga, atau di atas leher gajah. Pengemudi gajah, yang disebut mahout (pawang gajah), bertugas untuk mengendalikan gajahnya. Dalam banyak pasukan, mahout membawa pisau pahat dan palu untuk memotong sumsum tulang belakang gajah jika gajah tersebut mengamuk dan tak bisa dikendalikan.

[sunting] Kelemahan

Gajah perang juga memiliki kelemahan. Gajah memiliki kecenderungan tersendiri untuk panik. Jika memperoleh luka yang sangat menyakitkan atau jika pengendaranya mati, gajah akan mengamuk dan berlari tak terkendali [49] serta bisa mengakibatkan kerugian pada kedua belah pihak yang sedang bertempur. Infantri Romawi yang berpengalaman kadang mencoba untuk memotong belalai gajah dengan tujuan membuat gajah tersebut panik dan berlari ke belakang barisan mereka sendiri. Skirmisher cepat yang bersenjatakan lembing juga sering berusaha menghalau gajah, karena lembing dan senjata sejenisnya dapat membuat panik gajah. Gajah perang kadang tak terlindungi pada bagian samping, karena itu infantri Romawi yang menggunakan api atau barisan tembiang yang banyak, misalnya Triarii, akan berusaha membuat gajah musuh memperlihatkan bagian sampingnya. Dengan begitu, gajah tersebut akan menjadi rentan terhadap tusukan tembiang atau lembing skirmisher. Olahraga kavaleri pancang tenda tumbuh dari rezim pelatihan bagi para penunggang kuda untuk melumpuhkan atau menghalau gajah perang.[50] Salah satu metode terkenal untuk mengacaukan pasukan gajah perang adalah dengan menggunakan babi perang. Para penulis kuno percaya bahwa "gajah takut pada suara lenguhan babi" [51] dan kelemahan tersebut banyak dieksploitasi. Di Megara, dalam Perang Diadokhoi, misalnya, pasukan Megara menumpahkan minyak pada sekawanan babi, membakarnya, dan mengusirnya ke arah pasukan gajah musuh. Gajah-gajah musuh menjadi panik akibat didatangi oleh kawanan babi yang melenguh dan terbakar.[52]
Nilai guna gajah perang berbeda-beda bagi daerah barat dan timur. Di barat, misalnya Romawi, militer lebih mengutamakan kedisplinan infantri dan kavaleri berkuda. Sementara di timur, gajah perang lebih banyak digunakan karena mereka mengandalkan rasa takut dan teror untuk mengalahkan musuh. Pada abad kesembilan belas, adalah muncul tren untuk membandingkan perbedaan tersebut.[53] Salah satu sejarawan berkomentar bahwa gajah perang "telah terbukti mudah gugup dan gampang waswas pada suara-suara tak dikenal dan karena alasan inilah gajah perang rentan memecah barisan dan melarikan diri."[54] Meskipun demikian, penggunaan gajah perang yang berlangsung selama ribuan tahun menunjukkan bahwa unit ini memang berguna dalam medan pertempuran.
Elephant Battery- pg 160 - India under royal eyes- Henry Francis Prevost Battersby.jpg
Elephant Battery saluting- pg 320 - India under royal eyes- Henry Francis Prevost Battersby.jpg
Gajah digunakan oleh kavaleri India

[sunting] Warisan budaya

Bagian pelengkung yang tinggi pada Gerbang Amar Singh, memungkinkan gajah untuk masuk ke dalam benteng.
Penggunaan gajah perang selama berabad-abad telah meninggalkan warisan budaya di banyak tempat. Banyak permainan perang tradisional yang memasukkan gajah perang. Chaturanga, permainan papan India kuno yang merupakan asal mula catur, menyebut salah satu bidaknya dengan nama Gaja, yang bermakna gajah dalam bahasa Sanskerta. Penyebutan ini juga diserap oleh bahasa Indonesia, yang menyebut bidak tersebut dengan nama gajah. Begitu pula dalam bahasa-bahasa lainnya, misalnya bahasa Arab (al-fil) dan bahasa Rusia (Слон). Dalam permainan Shogi dari Jepang, pernah ada bidak yang disebut "Gajah Mabuk", sebelum akhirnya dihapuskan atas perintah dari Kaisar Go-Nara dan kini tidak lagi muncul dalam versi modernnya.
Baju perang gajah, yang pada awalnya digunakan untuk pertempuran, kini biasanya hanya ada di museum. Satu set baju perang gajah India yang masih terawat dengan baik ada di Royal Armouries Museum di Leeds. Sementara itu, museum-museum di India juga menampilkan banyak baju perang gajah lainnya yang masih bagus. Arsitektur India juga menunjukkan adanya pengaruh yang besar dari penggunaan gajah dalam perang selama bertahun-tahun. Hiasan bertema gajah perang banyak menghiasi gerbang-gerbang militer, misalnya yang ada di Benteng Lohagarh. Ada juga gerbang yang berduri dan anti-gajah, misalnya yang ada di benteng Kumbhalgarh. Di seluruh penjuru India, gerbang-gerbang dari masa yang lebih kuno selalu jauh lebih tinggi daripada gerbang buatan Eropa. Gerbang-gerbang tersebut dibuat lebih tinggi supaya gajah dengan rengga bisa lewat di bawahnya.
Gajah perang tetap menjadi topik yang populer dalam seni artistik, baik dalam lukisan-lukisan Orientalis dari abad kesembilan belas maupun dalam sastra. Salah satu adaptasi paling terkenal mengenai gajah perang dalam fiksi dibuat oleh Tolkien, yang memopulerkan penggambaran gajah perang yang fantastis dalam bentuk suatu hewan yang dia namai oliphaunt atau mumakil.

Wartawan Rusia Terperangah Oleh Alam Indonesia

LuckyDelapan News



Wartawan Rusia Liput Wisata Indonesia


Sebanyak enam wartawan, dua dari media televisi, satu kantor berita, dan tiga dari media cetak di Rusia, akan ke Indonesia selama sepuluh hari pada 9-19 April 2011 guna meliput obyek wisata dalam paket familiarization trip (Famtrip).

Konselor KBRI Moskwa M Aji Surya dalam keterangannya kepada Antara London, Rabu (13/4/2011), menyebutkan nama Indonesia makin populer di Negeri Beruang Putih membuat masyarakat haus informasi wisata di Nusantara.

Menurut Aji, enam wartawan Rusia itu meliput keindahan laut di Bunaken Manado, Sumut, kemudian ke Bali dan ke Komodo. Setelah berkunjung ke Candi Prambanan, Borobudur dan melenggang di Malioboro, mereka melanjutkan destinasi akhir di Jakarta.

Menurut salah satu peserta, Yana Soloveyva, kunjungan semacam ini senantiasa menjadi impian banyak wartawan. Alam tropis, tempat wisata yang indah, sampai soal kuliner menjadi santapan para pemirsa televisi dan pembaca Rusia.

"Para wartawan umumnya bermimpi-mimpi bercumbu dengan hangatnya sinar matahari di tepi pantai dengan laut yang jernih. Bali sangat terkenal di Rusia. Karena itu, kami ingin membuat liputan Bali, Bunaken, Komodo, dan obyek wisata terkenal lainnya," ujar Yana.

Sementara itu, Irina Schegolkova dari kantor berita termaju di Rusia, Ria Novosti, ingin menjadikan kesempatan ini untuk menggali banyak informasi tentang wisata Indonesia guna melengkapi informasi wisata yang dikelola kantornya.

Irina berharap, calon pelancong Rusia bisa mudah mendapatkan informasi wisata ke Indonesia hanya dengan mengakses situs wisata Ria Novosti.

Jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia tahun lalu mencapai 80.000 orang atau mengalami peningkatan sebesar 15 persen dibanding tahun sebelumnya. Uniknya, wisatawan Rusia yang datang ke Indonesia masih pada kelompok orang yang berkantong sangat tebal. Ini tentu berbeda dengan wisatawan Rusia ke Mesir dan Turki yang sangat beragam dengan jumlah 2 juta orang setahun.

Menurut Aji, liputan wartawan Rusia tentang berbagai destinasi wisata Nusantara diharapkan dapat menjadi jendela pengetahuan dan kemudian mampu meningkatkan arus wisatawan Rusia pada masa mendatang. "Jika penerbangan langsung Rusia-Indonesia terealisasi, angka 100.000 wisatawan optimis dapat dilampaui tahun ini," ujarnya yang mengikuti perjalanan wartawan Rusia tersebut.

Kegiatan Famtrip atau pengenalan destinasi wisata merupakan salah satu kegiatan penting Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dari tahun ke tahun. Famtrip wartawan kali ini bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskwa.

sumber

Misteri Michael clark rockefeller, Anak Gubernur Newyork Korban Kanibalisme Di Papua

LuckyDelapan News

Michael Clark Rockefeller adalah anak Nelson Aldrich Rokfelller, mantan Gubernur New York (1959 – 1973) yang kemudian menjadi Wakil Presiden Amerika pada masa Gerald Ford (1974 – 1977). Tahun 1961 Michael Clark Rockefeller meninggal dunia di pedalaman Papua namun jasadnya belum ditemukan sampai kini. Beredar kabar, dia dibunuh oleh orang dari suku Asmat.
Om Don kemudian mewawancarai sejumlah orang pedalaman di Desa Otjenep dan Desa Pirian, Kecamatan Kasuari, Papua. Di dua desa inilah diyakini Rockefeller ditangkap dan dibunuh. Menurut cerita René S. Wassing kepada berbagai media pada tahun 1961, dirinya bersama Rockfeller dan dua orang pemandu Papua sedang menyusuri sebuah sungai dalam rangka ekspedisi.
Di tengah jalan, perahu tersebut rusak dan terombang-ambing di rawa. Rockefeller lalu menyuruh dua pemandunya untuk berenang mencari bantuan. Setelah ditunggu-tunggu, bantuan tak juga datang, Rockfeller melihat asap di sebuah daratan dan berenang menggunakan bantuan tangki bensin untuk mencapai daratan tersebut. Sementara Wassing menunggu di perahu.
Namun sejak itu, Rockefeller tak pernah kembali. “Tak menutup kemungkinan jika dia memang benar-benar dibunuh, mengingat suku pedalaman di Papua ketika itu masih sangat primitif, kabarnya setelah dibunuh kepala Rockfeller dilubangi dan otaknya dihisap untuk obat menyembuhkan penyakit yang diderita warga pedalaman.

foto bersama suku dani:
bermain bersama anak suku dani

bersama kameranya

karya-karya fotografi yang ia dapatkan di papua sebelum ia hilang

film yang menceritakan tentang Michael Clark Rockefeller


sumber

Tanda-Tanda Akhir Zaman Menurut Berbagai Agama Dan Mitologi masing2

LuckyDelapan News



Inilah tanda-tanda kiamat yang dipercaya berbagai agama yang ada di dunia. Kiamat biasanya merujuk kepada tulisan eskatologis dalam ketiga agama Abrahamik: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Akhir zaman seringkali digambarkan sebagai suatu masa yang diwarnai oleh kesusahan yang mendahului kedatangan kembali dari Mesias yang telah diramalkan.
Mesias adalah tokoh yang akan mengantarkan datangnya Kerajaan Allah dan mengakhiri penderitaan dan kejahatan. Namun demikian, gambaran-gambaran terinci tentang kejadian ini tergantung pada keyakinan masing-masing yang dipelajari. Sejumlah agama dan tradisi memiliki keyakinan-keyakinan tentang Akhir zaman, yang menghasilkan beraneka sistem keyakinan, tradisi, dan perilaku.

1. Yudaisme
Akhir Zaman dalam eskatologi Yahudi meliputi sejumlah tema yang saling terkait:
  • Mesianisme Yahudi.
    • Pengumpulan kembali orang-orang yang hidup di pembuangan.
    • Pembangunan kembali Bait Suci
    • Kurban binatang atau Korba.
  • Dunia yang Akan datang (Olam ha-Ba).
    Sebuah istilah yang ambigu yang mungkin merujuk kepada kehidupan setelah kematian, dunia mesianik, atau kehidupan setelah kebangkitan.
2. Talmud
Menurut tradisi Yahudi, mereka yang hidup pada akhir zaman akan menyaksikan:
  • Dikumpulkannya orang-orang Yahudi di pembuangan ke Israel yang ada secara geografis,
  • Dikalahkannya semua musuh Israel,
  • Pembangunan (atau penempatan oleh Allah) kenisah di Yerusalem dan dipulihkannya kembali persembahan kurban dan ibadah di Kenisah,
  • Kebangkitan orang mati (techiat hameitim), atau Kebangkitan,
  • Pada suatu saat, Mesias Yahudi akan menjadi Raja Israel. Ia akan memisah-misahkan orang-orang Yahudi di Israel menurut bagian-bagian wilayah sukunya yang asli di negeriIsrael. Pada masa ini, Gog, raja Magog, akan menyerang Israel. Siapa Gog dan negara Magog itu tidak diketahui. Magog akan bertempur dalam suatu pertempuran hebat, yangmengakibatkan jauh korban yang besar di kedua belah pihak, tetapi Allah akan ikut campur dan menyelamatkan orang-orang Yahudi. Ini adalah pertempuran yang dirujuk sebagai Harmagedon. Setelah memusnahkan musuh-musuh terakhir ini untuk selama-lamanya, Allah akan mengenyahkan semua kejahatan dari keberadaan manusia. Setelah tahun 6000 (dalam kalender Yahudi), milenium ketujuh adalah masa kesucian, ketenangan, kehidupan rohani, dan perdamaian di seluruh dunia, yang disebut sebagaiOlam Haba ("Dunia Masa depan"), di mana semua orang akan mengenal Allah secara langsung."
3. Kekristenan
Menurut Perjanjian Baru:
Dalam Perjanjian Baru, Yesus merujuk kepadanya sebagai "Penderitaan Besar", "Penyiksaan", dan "hari-hari pembalasan."
Originally Posted by Matius 24:15-22
Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya – para pembaca hendaklah memperhatikannya – maka orang-orangyang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun dan masuk untuk mengambil sesuatu dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. Berdoalah, supaya semuanya itu jangan terjadi pada musim dingin. Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia, yang diciptakan Allah, sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yanghidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yangtelah dipilih-Nya, Tuhan mempersingkat waktunya.
Originally Posted by Lukas 21:20-33
Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yangberada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yangmenyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akandiinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan danbintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akangoncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
4. Ajaran Katolik
Sementara sebagian yang percaya akan penafsiran harafiah terhadap Alkitab menegaskan bahwa ramalan tentang tanggal-tanggal atau waktu itu sia-sia, dan sebagian penulis lainnya percaya bahwa Yesus meramalkan tanda-tanda yangakan menunjukkan bahwa "akhir zaman" sudah dekat. Sebagian dari tanda-tanda ini adalah gempa bumi, bencana alam, masalah-masalah di masyarakat, 'peperangan dan kabar burung tentang perang', dan bencana-bencana lain. Namun tentang kapan persisnya semua itu akanterjadi, ia akan datang "seperti pencuri di malam hari".
Menurut Katekismus Gereja Katolik, iman Katolik mengenai "akhir zaman" dibahas dalam Pengakuan Iman.

5. Gereja-gereja Protestan
Keyakinan-keyakinan tentang Akhir zaman di kalangan Kekristenan Protestan sangat berbeda-beda. Kaum Kristen pra-milenialis yang percaya bahwa Akhir zaman sedang terjadi saat ini, biasanya spesifik tentang garis waktu yang berpuncak pada hancurnya dunia. Bagi sebagian orang, Israel, Uni Eropa, atau Perseri
katan Bangsa-Bangsa dipandang sebagai pemain-pemain utama yang peranannya telah diramalkan dalam Kitab Suci. di antara para penulis pra-milenial dispensasional, adaorang-orang yang percaya bahwa orang Kristen secara adikodrati akan dikumpulkan ke surga oleh Yesus dalam suatu peristiwa yang disebut Pengangkatan, yang terjadi sebelum "Penderitaan Besar" yang dinubuatkan dalam Matius 24-25; Markus 13 dan Lukas 21. Penderitaan Besar ini juga disebutkan dalam kitab terakhir dalam Alkitab – Kitab Wahyu.

6. Islam Syi'ah
Mayoritas ulama Syi'ah sepakat akan rincian kejadian-kejadian yang akan terjadi pada hari-hari terakhir:
  • Si dajjal akan mengklaim dirinya sebagai juru selamat umat manusia dan bangsa-bangsa dari semua agama akan bersatu di bawah agamanya.
  • Akan terjadi pembunuhan-pembunuhan massal atas umat Syi'ah di Irak (sekitar sungai Eufrat), dan untuk kepala mereka akan disediakan hadiah uang, meskipun mereka bukan penjahat.
  • Akan terjadi pemberontakan oleh seorang "Yamani" yang akan dikalahkan dalam usahanya itu
  • Imam Mahdi akan muncul kembali dan menyampaikan khutbahnya di Kaabah dan akan mengumpulkan pasukan dengan 313 jenderal dan ribuan pengikut untuk mengala hkan si dajjal
  • Seseorang yang bernama "Sufyani" (agamanya tidak disebutkan, meskipun ia adalah keturunan dari dinasti Ummayyah yang telah berantakan yang keturunan menyebar kemungkinan di Levant dan Spanyol atau Marokko selama 12 abad terakhir) akan memimpin pasukan-pasukan dari Suriah melintasi Irak ke Arabia untuk mengalahkan pasukan-pasukan Mahdi bersama-sama dengan sekutu-sekutunya.
  • Imam Mahdi akan mendirikan kembali Islam yang sejati dan dunia akan menemukan perdamaian dan ketenangan.
  • Imam Mahdi akan berkuasa untuk suatu masa.
  • Kebangkitan manusia akan dimulai sementara Hari Penghakiman akan dimulai.
7. Islam Sunni
Sebelum tanda-tanda besar yang disebutkan ini, semua tanda kecil harus terjadi dan di antaranya adalah:
  • Munculnya Nabi Muhammad dan wafatnya (sudah terjadi, kelahiranMuhammad sendiri dipahami sebagai tanda dari hari penghakiman.)
  • Waktu akan berlalu lebih cepat.
  • Perang dan pembunuhan menjadi lazim di antara manusia.
  • Merebaknya pencurian,penipuan dan skandal di antara manusia.
  • Merebaknya perzinahan.
  • Munculnya bangunan-bangunan besar.
  • Popularitas minuman-minuman beralkohol di antara manusia, hingga namanya diubah, misal nya: bir, anggur, jenever dan seterusnya.
  • Padang gurun Arab berubah menjadi hijau.
  • Bangunan-bangunan yang lebih tinggi daripada gunung-gunung di Mekkah dibangun di Mekkah.
Tanda-tanda besar yang semuanya mempunyai dampak penting bagi umat manusia adalah sebagai berikut:
  • Matahari akan terbit di barat, menandai ditutupnya pintah pertobatan Allah dan orang-orang kafir tak dapat berbalik lagi setelah titik ini. dikatakan bahwa matahari akan terbenam dan tidak terbit selama tiga hari hingga terbitnya di sebel ah barat. Ia akan terbit di tengah hari dan kemudian tenggelam seperti biasanya di barat.
  • Munculnya sang dajjal (Anti Kristus), dan menipu mayoritas umat manusia untuk mengikut dan menyembah dia. Kelak ia akan dibunuh oleh Isa Almasih di Yerusalem.
  • Turunnya Isa Almasih dari surga dan berdoa di belakang Imam Mahdi. Pada waktkunya ia akan membunuh babi, mematahkan salib, dan membunuh orang-orang kafir.
  • Dilepaskannya Ya'joj dan Ma'joj, menyebabkan bala kelaparan dan bencana di dunia dan akhirnya menembakkan sebuah anak panah di langit untuk memperlihatkan bangsa-bangsa bahwa Allah dapat dibunuh, anak panah ini kemudian jatuh dengan ujung yang berlumur darah sehingga menyebabkan orang-orang mukmin yang lemah percaya akan hal itu dan takluk kepada Ya'joj dan Ma'joj. Mereka belakangan dibunuh oleh ulat yang munculs dari lubang hidung unta dan mayat-mayat mereka akan bertebaran di bumi.
  • Seorang laki-laki muncul di Medina dan diminta oleh para ulamanya untuk pindah ke Mekkah. di sana ia akan dinyatakan sebagai Kalifah dan disebut Mahdi dan memerintah sebagai Kalifah terakhir Islam yang memimpin umat man usia memasuki zaman kemakmuran yang tak pernah terlihat atau terdengar sebelumya. Ia juga akan meluruskan semua sekte Islam menjadi Islam yang sejati. Namanya juga Muhammad bin Abdullah, nama yang sama dengan nama Nabi dan sebagai keturunannya,ia juga memiliki sebuah tanda gelap pada pipi kanannya dan rupa yang sama de ngan Nabi Muhammad.
  • Perang besar antara orang-orang Muslim dengan orang-orang Yahudi di Palestina yang mengakibatkan kekalahan total orang-orang Yahudi.
  • Kematian Isa Almasih dan diikuti atau didahului oleh Imam Mahdi. Perhatikan bahwa hari penghakiman terjadi 60 tahun setelah naiknya Almasih ke surga.
  • Munculnya dabbat al-Ard seekor binatang yang aneh rupanya (monster) dari sebuah gunung di Mekkah, yang memiliki cincin Nabi Sulaiman dan tongkat Nabi Musa. dabbat al-Ard akan mencap manusia sebagai orang kafir atau orang mukmin.
  • Akan terjadi serangan terhadap Mekkah tetapi pasukan-pasukan penyerang itu akan teng gelam di padang pasir sebelum mencapai Mekkah.
  • Angin yang akanmengambil jiwa semua orang Muslim dan hanya meninggalkan orang-orang kafir di muka bumi.
Kejadian-kejadian berikut ini adalah langkah-langkah terakhir dari Hari penghakiman dan terjadi di Bumi:
  • Ditiupnya terompet pertama yang mematikan semua manusia di muka bumia.
  • Ditiupnya terompet kedua yang menandai kebangkitan.
  • Allah turun ke bumi.
  • Penantian akan Penghak iman oleh seluruh umat manusia, sebuah proses yang dikatakan akan berlangsung selama ribuan tahun di bawah matahari yang membakar.
  • Penghakiman atas umat manusia dimulai.
8. Zoroastrianisme
Menurut filsafat Zoroaster, yang disunting dalam Zand-i Vohuman Yasht, "pada akhir musim dinginmu yang kesepuluhribu… matahari semakin tak terlihat dan tampak; tahun, bulan, dan hari menjadi makin pendek, dan bumi menjadi lebih tandus; dan tanaman tidak akan menghasilkan benih dan manusia. Menjadi semakin menipu dan cenderung melakukan praktik-praktik jahat. Mereka tidak mengenal rasa terima kasih."

9.Hinduisme
Dalam Hinduisme, tidak dikenal penghukuman kekal terhadap jiwa. Akhir zaman juga tidak ada. Setelah Kali yuga yang jahat ini berakhir, yuga atau zaman berikutnya adalah Satya yuga di mana setiap orang adalah orang yang benar, diikuti oleh dwapara yuga, Treta yuga dan kemudian Kali Yuga yang lain. dengan demikian waktu bersifat siklis dan zaman terus berulang tanpa akhir. Namun demikian, keberadaan kejahatan dan kemerostan yang dapat ditolerir dalma masing-masing zaman itu berbeda dan karenanya ambang yang perlu untuk perwujudan penjelmaan dewa juga berbeda-beda untuk masing-masing yuga. Yuga yang sekarang adalah yang paling jahat sehingga ambang untuk munculnya avatar juga begitu tinggi sehingga dunia perlu menurunkan tingkat maksimumnya.

10. Buddhisme
Menurut Sutta Pitaka, "sepuluh perilaku moral" akan lenyap dan bangsa-bangsa akan mengikuti sepuluh konsep yang tidak beramoral yaitu mencuri, kekerasan, membunuh, berbohong, mengucapkan hal-hal yang jahat, perzinahan, kata-kata yang kotor dan ngawur, kecemburuan dan kehendak yang buruk, keserakahan yang berlebih-lebihan, dan nafsu yang menyimpang sehingga mengakibatkan timbulnya kemiskinan yang luar biasa dan mengakhiri hukum-hukum du
nia dari dharma sejati.

11. Agama Bahá'í
Pendiri agama Bahá'í, Bahá'u'lláh mengklaim bahwa ia adalah Almasih yang datang kembali serta pengharapan kenabian dari semua agama lainnya. Ia juga memberikan bukti-bukti tentang Akhir zaman dan tempat dirinya. Terbentuknya agama bersamaan dengan nubuat Millerit yang menunjuk kepada tahun 1844. Sehubungan dengan pengharapan khusus tentang akhir zaman, dikatakan bahwa Pertempuran Harmagedon telah berlalu dan bahwa kematian syahid massal yang diantisipasikan pada Akhir zamantelah terjadi dengan konteks historis dari agama Bahá'í.

For friends of bloggers who frequently read articles in this blog, please Copy / Paste and share it anywhere you like. However, if acceptable please indicate the source of the articles link blogger friend share (copy / paste). Let Share information for us all, because now the information is easily obtained, and this blog is one source of reliable information, becauseof the already trusted sources,


Reading is one of the best ways to get information
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...